Surya Paloh: Nggak Ada itu Jokowi Mau 3 Periode, Apalagi Mau Jadi Wakil Presiden
Surya Paloh kembali memastikan sosok Jokowi tidak akan mungkin merusakan ketatanegaraan, apalagi dia sudah dua periode menjabat Presiden RI.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Isu Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan jabatan tiga periode masih terdengar samar-samar.
Peluang Jokowi mengisi posisi calon Wakil Presiden 2024 berdampingan dengan Prabowo Subianto juga menjadi isu liar belakangan.
Namun hal itu diyakini Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh tidak akan terjadi.
Menurut Surya, Jokowi seorang pemimpin yang bekerja keras dengan karakter pribadi yang terukur, jujur, sederhana, dan amat sangat menyayangi bangsa ini.
Baca juga: VIDEO EKSKLUSIF Ketua Umum Nasdem Surya Paloh Singgung Perilaku Buzzer Hingga Isu Jokowi 3 Periode
"Saya mempunyai keyakinan ketika itu masih konsisten ada pada dirinya, seluruh jawaban sudah kita miliki," ujar Surya di NasDem Tower, Jakarta Pusat, Rabu (14/9/2022).
Dirinya kembali memastikan sosok Jokowi tidak akan mungkin merusak ketatanegaraan apalagi dia sudah dua periode menjabat Presiden RI.
"Nggak ada itu mau tiga periode lah apalagi mau jadi wakil presiden, nggak ada. Berarti kita akan kehilangan Jokowi seperti apa yang kita kenal kalau itu terjadi," tegasnya.
Simak sambungan wawancara eksklusif Wakil Direktur Pemberitaan Tribun Network Domuara Ambarita dengan Ketum NasDem Surya Paloh:
Terkait dengan kampanye kadang-kadang orang membawa identitas politik menyalahkan yang lain, menyerang yang lain, apa harapan Bang Surya supaya bangsa ini tidak terpecah belah. Apakah ada ajakan untuk tokoh-tokoh parpol ya kita bikin semacam kode etik walaupun itu sudah diatur di peraturan KPU?
Berulang kembali bagi kita sebagai peserta pemilu, sebagai elite bangsa ini. Seluruh peraturan perundang-undangan, seluruh term on conduct yang kita miliki gak ada arti apa-apa.
Ketika di sana tidak diiringi oleh satu konsistensi, sikap ucapan dan perbuatan kita. Kita selalu mengatakan kita jauhkan kerusuhan, mari kita berdamai, jangan pemilu ini terpecah belah, tapi dia tidak dimaknai dengan ketulusan dan semangat.
Dan hadirnya juga budaya malu sebagai suatu asas kepantasan dan kepatutan untuk saling menjaga. Kalau ini bisa terjaga dengan komitmen yg mengikat pada diri masing- masing dengan perilaku dan otoritasnya dimiliki oleh para elite bangsa ini, saya pikir itu akan terjaga dengan sendirinya.
Baca juga: Surya Paloh Sebut Indonesia Bisa Hancur Akibat Perilaku Buzzer
Tapi kalau mentalitas para elite-nya dia ngomong doang katanya. Dia bicara sana, bicara sini, praktek spirit dan semangatnya jujur dimulai oleh dirinya, itu tidak tercerminkan pada perbuatan. Apapun peraturan perundang-undangan itu gak ada gunanya.
Sering bertemu Jokowi, soal wacana tiga periode atau Jokowi cawapres Prabowo?
Saya mengenal pribadi seorang Jokowi. Saya orangnya amat sangat mempunyai confidence dan percaya akan keteguhan dan semangat kenegarawanannya.
Dia seorang pemimpin yang bekerja keras dengan karakter pribadi yang terukur, jujur, sederhana, dan amat sangat menyayangi bangsa ini.
Saya mempunyai keyakinan ketika itu masih konsisten ada pada dirinya, seluruh jawaban sudah kita miliki. Nggak ada itu mau tiga periode lah apalagi mau jadi wakil presiden, nggak ada. Berarti kita akan kehilangan Jokowi seperti apa yang kita kenal kalau itu terjadi.
Tetapi secara eksplisit apakah pernah tanya langsung ke Pak Jokowi?
Saya bahasa batin saya tahu itu dalam kedekatan personal. Saya mungkin klaim diri sendiri, tapi saya yakin sampai hari ini masih terjaga baik ya insya Allah barangkali itulah Jokowi yang kita kenal.
Soal dinasti politik, dari Pak Soekarno ke Bu Mega, Pak SBY ke AHY, dan Bang Suya ke Prananda, bagaimana komentar Anda?
Ya masing-masing para pihak mempunyai persepsi, harapan, keinginan dari objektivitas dan rasionalitas yang ada pada diri semuanya.
Baca juga: Sudah Tak Menjabat saat 2024 Nanti, Segini Gaji Pensiunan Presiden Jokowi dan Wapres Maaruf Amin
Yang pasti semua orang tua menginginkan anaknya lebih hebat, lebih bermanfaat, lebih membanggakan dibandingkan apa yang ada pada dirinya. Dan itu adalah human being. Nilainya itu universal dimana saja. Saya menghargai itu.
Tapi khusus untuk saya, saya mau kalaupun Prananda dia berproses saja secara alami. Mungkin tantangannya akan berbeda dengan apa yang saya hadapi, duduk meratap di pinggir jalan, merenung, berpikir, menangis.
Mungkin lebih banyak tangisan yang saya alami. Kesedihan yang saya alami, kegagalan juga yang saya alami. Tapi saya tidak berharap itu kalau bisa diulangi yang sama ya kan.
Yah tapi ada baiknya juga karena guru yang paling abadi dan paling baik yang paling hebat bukan hanya pelajaran yang kita peroleh dari sekolah-sekolah formal, tapi yang paling hebat itu adalah sekolah kehidupan. Di sana mengalami jatuh dan bangunnya kehidupan.