Perempuan Partai Buruh Batal Jadi Caleg Karena Dilarang Suami, KPPI: Sisi Negatif Budaya Patriarki
Presiden Partai Buruh Said Iqbal mengatakan tidak sedikit bakal caleg perempuan dari partainya yang kemudian memutuskan untuk mengundurkan diri.
Penulis: Mario Christian Sumampow
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) sangat menyayangkan bakal calon anggota legislatif (caleg) perempuan dari Partai Buruh yang memutuskan untuk mundur dengan alasan tidak mendapatkan izin dari suami.
Ketua Presidium KPPI Rahayu Saraswati hal ini merupakan contoh nyata dari sisi negatif budaya patriarki.
"Jujur ini yang sangat disayangkan karena ini contoh nyata sisi negatif dari budaya patriarki," kata Saras, sapaan akrabnya, saat dihubungi Rabu (12/7/2023).
Lebih lanjut, politisi Gerindra ini menegaskan budaya patriarki adalah hal yang lazim di Indonesia dan tidak selalu negatif.
Misalnya ketika laki-laki yang dianggap sebagai sosok imam dalam rumah tangga atau yang dituakan di keluarga.
"Sangat mendukung perempuan untuk meraih potensi maksimalnya," tutur keponakan Menhan Prabowo Subianto itu.
Baca juga: Caleg dari Kepengurusan ABAS Komitmen Tangkal Paham Radikalisme, Intoleransi dan SARA di Indonesia
Namun sayang realitanya seringkali berbeda.
Sebab nyatanya kini ada banyak perempuan yang mau berjuang di dunia politik harus terkendala dengan kurangnya dukungan dari laki-laki dalam keluarganya sendiri.
Sebelumnya, Presiden Partai Buruh Said Iqbal mengatakan tidak sedikit bakal caleg perempuan dari partainya yang kemudian memutuskan untuk mengundurkan diri.
Alasannya, jelas Said, para bakal caleg yang bekerja sebagai buruh ini dilarang oleh suaminya untuk ikut kontestasi politik lima tahunan itu.
"Ya di dalam caleg DPR RI Partai Buruh kita ada 60 orang yang dilakukan perbaikan dan ada yang mundur, karena faktor tadi, salah satunya mereka buruh perempuan, mereka ingin banget mengubah nasib buruh perempuan di tempat kerjanya dan seluruh Indonesia, maka nyaleg," kata Said Iqbal kepada wartawan, dikutip Senin (10/7/2023).
"Ketika nyaleg, suaminya nanya, 'kamu kerja, kamu ngurus anak keluarga, kita orang timur banyak satu kewajiban yang dipenuhi dan sekarang kamu ikut caleg, gimana keluarga,'" lanjutnya.
Selain itu, para bakal caleg yang mundur ini juga mempertimbangkan lagi bagaimana mereka harus membiayai dana kampanye nantinya jika lolos menjadi peserta pemilu.
Namun begitu, di satu sisi tak sedikit juga buruh perempuan lainnya yang tetap mendapat dukungan dari pasangannya.
"Tapi perempuan tetap bertahan, suaminya mendukung itu banyak, lebih banyak. Itu tadi saya ambil contoh salah satu dan juga mereka membayangkan bagaimana mencari biaya-biaya kampanye, nah itu juga dengan kesadaran sendiri mundur. kurang lebih semua 60 orang dengan berbagai pertimbangan," tuturnya.