Peta Dua Poros di Pilpres 2024, Pengamat Prediksi Ganjar-Prabowo Bersatu dan Pasangan AMIN Bubar
Berikut gambaran peta dan konstelasi politik, mulai dari kursi partai di parlemen hingga bongkar pasang bakal capres dan cawapres.
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wacana dua poros koalisi jelang Pilpres 2024 semakin meruncing.
Berikut gambaran peta dan konstelasi politik, mulai dari kursi partai di parlemen hingga bongkar pasang bakal capres dan cawapres.
Jika tidak ada perubahan saat ini partai politik koalisi pendukung bakal capres Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, sebenarnya sudah mencukupi ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold.
Dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, capres dan cawapres diusulkan dalam satu pasangan oleh partai politik atau gabungan partai politik, harus memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya
Parpol pendukung Ganjar hanya punya dua parpol penghuni parlemen saat ini PDI Perjuangan dan PPP.
Jika digabungkan, kekuatannya memiliki 147 kursi parlemen.
Untuk koalisi pengusung Prabowo Subianto kini didukung oleh empat partai parlemen.
Mereka adalah Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN), Golkar, dan Partai Demokrat.
Gabungan empat partai ini sudah lebih dari cukup untuk mengusung Prabowo untuk maju sebagai capres di Pilpres 2024.
Gerindra, pada Pemilu 2019, meraih 12,57 persen suara dengan jumlah kursi di DPR RI sebanyak 78 kursi.
Sementara PAN mendapatkan suara sebanyak 6,84 persen atau 44 kursi di DPR RI.
Golkar yang menjadi pemenang kedua di Pemilu 2019 meraup 12,31 persen atau setara 85 kursi di DPR RI.
Terakhir ada Demokrat yang pada Pemilu 2019, finish di urutan ke-6.
Mereka memperoleh suara sebesar 7,77 persen dengan jumlah kursi di parlemen sebanyak 54.
Bila digabungkan, perolehan suara yang didapat Koalisi Indonesia Maju sebanyak 39,49 persen.
Sementara bila perolehan kursi parlemen digabungkan, mereka mempunyai 255 kursi atau hampir separuh kursi di DPR RI.
Dengan persentase ini, 'kekuatan' Prabowo di Pilpres 2024 akan semakin besar dan kuat. Bahkan yang paling banyak dibanding koalisi lain.
Baca juga: Isu 2 Poros dan Dansa Politik, Posisi Ganjar Pranowo Ditegaskan TPN GP
Sementara Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar didukung 167 kursi di parlemen.
Di Koalisi Perubahan, ada tiga parpol yang bergabung: Partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Gabungan dari ketiga parpol ini juga sudah cukup untuk mengantarkan Anies Baswedan sebagai capres di Pemilu 2024.
Sebab, pada Pemilu 2019, NasDem mendapatkan suara sebesar 9,05 persen atau 59 kursi di DPR RI.
Kemudian PKB yang kemudian bergabung dengan Koalisi Perubahan, meraih suara 9,69 persen dengan perolehan kursi di 58 kursi.
PKS yang akhirnya merestui pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar juga menyumbang 8,21 persen atau setara 50 kursi.
Jika dijumlahkan, maka Koalisi Perubahan mendapatkan 26,95 persen suara.
Di luar partai parlemen, ada satu partai nonparlemen yang ikut bergabung dengan Koalisi Perubahan yaitu Partai Ummat.
Bagaimana jika Prabowo merapat ke koalisi Ganjar?
Koalisi Ganjar akan menambah kekuatan 12,57 persen suara dengan jumlah kursi di DPR RI sebanyak 78 kursi, jika Gerindra bergabung.
Total kursi yang akan didapat jika Prabowo dan Ganjar dipasangkan adalah 255.
Sementara Golkar, PAN dan Demokrat punya 183 kursi, yang cukup untuk membentuk poros baru atau bergabung dengan koalisi yang ada.
Prediksi pengamat soal dua poros
Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno memprediksi pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) bakal bubar sebelum pendaftaran capres dan cawapres bulan depan.
Adi Prayitno menilai, nantinya hanya ada dua poros dalam pemilihan presiden (pilpres) 2024.
Yakni poros koalisi Prabowo Subianto dan poros koalisi Ganjar Pranowo.
"Kalau 2 poros itu diasumsikan Ganjar dengan Prabowo lawan AMIN, saya kira nggak mungkin"
"Tapi kalau 2 poros itu Ganjar head to head dengan Prabowo (itu mungkin), AMIN ini bubar jalan"
"Partai-partai pengusungnya ada yang ke Prabowo ada yang ke Ganjar itu lebih mungkin, tidak perlu nunggu lebaran kuda," kata Adi dalam diskusi di kawasan Jakarta Selatan, Sabtu (23/9/2023) dikutip dari Tribun Lampung.
Adi pun meragukan parpol pendukung Anies Baswedan sebagai bacapres dalam kondisi solid.
Dia bilang tabiat Cak Imin yang suka melakukan lompatan politik menjadi alasannya.
"Saya cukup menduga bahwa sangat mungkin AMIN ini tidak bisa berlayar di 2024"
"Muhaimin ini kan di PKB tipikal politisi yang suka lompat-lompat, siapa yang menyangka bisa terjebak cinta satu malam gitu antara PKB dan NasDem," jelasnya.
Lebih lanjut, Adi pun mengungkit sudah banyak poros politik yang dibentuk Cak Imin justru harus berakhir dengan bubar.
"Kan sudah banyak poros politik yang bubar, KIB bubar, kemudian KKIR bubar, semut merah bubar"
"Jadi sekali lagi maka kemungkinkan kuat dua poros itu terjadi head to head antara Ganjar dan Prabowo dengan asumsi koalisi Amin ini wassalam," tandasnya.
Anies dan Cak Imin siap
Bakal cawapres Muhaimin Iskandar atau Cak Imin membuka suara mengenai rumor Ganjar Pranowo akan berduet dengan Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Cak Imin meyakini pasangan Anies-Muhaimin (Amin) tetap menang walaupun Ganjar dan Prabowo berduet.
"Menang Amin maksudnya," kelakar Cak Imin di Posko Nasional Relawan Anies Baswedan, Jalan Buncit Raya, Pasar Minggu, Jakarta, Sabtu (23/9/2023).
Ketua Umum PKB ini tak khawatir bila nantinya Pilpres 2024 hanya diikuti oleh dua paslon.
"Yang penting koalisi Amin solid gerak terus ke masyarakat berebut hati rakyat," ujar Cak Imin.
Cak Imin menjelaskan seluruh elemen pendukung Amin termasuk relawan tetap bergerak entah Pilpres 2024 diikuti berapapun pasangan calon.
"Bagaimana pun nanti konstelasinya apakah tiga calon atau dua calon atau bahkan empat calon, kita yang penting semua gerakan relawan Amin semua yang menjadi ujung tombak kemenangan tetap terus bergerak," ucapnya.
Lebih lanjut, dia berharap berapapun poros koalisi yang bertarung di Pilpres 2024 tak masalah bagi Amin.
Namun yang terpenting, kata Cak Imin, tidak terjadi polarisasi.
"Ya semoga tidak terjadi tapi apapun. Kita berharap lagi, berapa poros pun tidak ada lagi, karena sudah semakin dewasa, sudah tidak ada lagi perpecahan, tidak ada lagi antara kerawanan-kerawanan sosial," imbuhnya.
Peluang duet Prabowo-Ganjar
Hingga Kami (28/9/2023) belum diketahui kapan Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo akan mendaftarkan diri ke KPU RI.
Nama-nama bacawapres pun semakin terlihat seiring dengan koalisi yang sudah semakin terbentuk.
Ketua DPP PDIP Puan Maharani memastikan telah mencoret sejumlah nama kader Partai Golkar Ridwan Kamil dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Puan memiliki alasan soal koalisi yang sudah dijalin oleh kedua partai itu.
"(Ridwan Kamil) kan sudah dengan Pak Prabowo. Jadi RK kader Golkar," kata Puan Maharani, Rabu (20/9/2023).
Baca juga: Cak Imin: Mau Dua atau Tiga Poros Pilpres 2024, AMIN Harus Siap
Terlebih, Ridwan Kamil bukan Ketua Umum Partai yang bisa menentukan nasibnya sendiri tanpa seizin partai.
Sehingga sangat tidak mungkin Ridwan Kamil berjalan dalam dua gerbong Pilpres sekaligus.
Hal senada juga dilakukan pada AHY yang baru mendekat dengan Partai Gerindra.
"Tadinya kan muncul nama Mas AHY, karena Demokrat sudah memutuskan menentukan ke Pak Prabowo ya, tentu saja sepertinya tak mungkin," tambah Puan Maharani.
Selanjutnya, ia mengungkapkan kemungkinan nama bacawapres yang masih terbuka lebar.
Antara lain Erick Thohir yang tak berpartai, Sandiaga Uno yang merupakan kader PPP, Andika Perkasa dari basis militer serta Menkopolhukam Mahfud MD.
Sementara itu, dari kubu Prabowo, juga terdapat beberapa nama yang memungkinkan menjadi kandidat Cawapresnya.
Hal ini dipetakan seiring anggota partai politik dari Koalisi Indonesia Maju.
Beberapa waktu belakangan, Prabowo juga bertemu secara tertutup dengan Yenny Wahid.
Santer juga beberapa nama yang disebut akan mendampingi Prabowo di Pilpres 2024 seperti Erick Thohir, Airlangga Hartarto, hingga Yusril Ihza Mahendra.
Untuk diketahui, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tengah melakukan upaya hukum terkait batas usia minimal capres dan cawapres di Mahkamah Konstitusi (MK) pada Juli 2023 lalu.
Aturan yang digugat PSI adalah aturan dalam Pasal 169 huruf q Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu).
Pasal tersebut berisi terkait persyaratan menjadi capres dan cawapres yang paling rendah adalah 40 tahun sementara tidak ada batas usia maksimal dalam pasal tersebut. Pasal ini dinilai menuai kontra sebab tidak memiliki dasar yang kuat.
Hasto sebut pendamping Ganjar diumumkan saat pendaftaran
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto memastikan ada kejutan saat pengumuman sosok bakal calon wakil presiden (bacawapres) yang akan mendampingi Ganjar Pranowo.
Terkini, PDIP bakal menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV di Kemayoran, Jakarta Pusat dimulai pada Jumat, 29 September sampai Minggu, 1 Oktober 2023.
Hasto juga berbicara terkait surprise.
Ketika ditanya terkait kemungkinan pengumuman sosok Cawapres pendamping Ganjar Pranowo, Hasto mengatakan, PDIP selalu menyiapkan desain politik kejutan ketika melaksanakan hajatan.
Sampai saat ini, parpol pengusung Ganjar, tak kunjung membocorkan siapa sosok tersebut.
Meskipun dalam sejumlah kesempatan, beberapa nama potensial yang akan mendampingi mantan Gubernur Jawa Tengah tersebut telah diungkapkan.
"Ya, di dalam desain politik element of surprise selalu ada melatarbelakangi desain. Desain ini element of surprise bisa pada tempatnya, bisa pada event dalam memilih momentum itu, juga bisa pada figurnya. Juga bisa pada siapa yang datang, siapa yang diumumkan bersama-sama, sehingga bagi kami merancang element of surprise ini dari berbagai aspek sehingga nanti ada suatu puncak yang mendorong gerak dukungan dari rakyat terhadap Pak Ganjar Pranowo dan wakil yang akan mendampingi Pak Ganjar. Eh saya Nyaris keceplosan (soal nama bacawapres Ganjar)," kata Hasto di kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (19/9/2023).
Kerja Sama PDIP-Gerindra
Sebenarnya, bukan hal yang mustahil bagi PDIP dan Gerindra untuk berkoalisi dengan mengusung Prabowo-Ganjar atau Ganjar-Prabowo.
Karena di dalam politik tidak ada hal yang mustahil.
Apalagi, kedua partai tersebut kerap bekerja sama dalam kontestasi politik baik Pilpres ataupun Pilkada.
Diketahui, bacapres Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang dimotori Gerindra yakni Prabowo Subianto belum mengumumkan cawapresnya.
Begitupun dengan bacapres dari koalisi pengusung Ganjar Pranowo yang dimotori PDI Perjuangan juga belum umumkan cawapresnya.
Puan Sebut Ada Kemungkinan
Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Puan Maharani menanggapi peluang duet bakal calon presiden (bacapres) Ganjar Pranowo bersama bacapres Prabowo Subianto.
Menurut Puan, wacana perjodohan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto di Pilpres 2024 masih memungkinkan.
"Apakah ada kemungkinan, ya mungkin-mungkin aja, dinamika yang ada di politik ini selalu memungkinkan kita untuk bersilaturahmi dan bertemu dengan sesama anak bangsa," ujar Puan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, dikutip dari YouTube Kompas TV, Kamis (21/9/2023).
"Untuk bisa menyepakati hal-hal yang akhirnya kami sepakati bersama bahwa ini adalah yang terbaik bagi bangsa dan negara," sambungnya.
Sebelumnya, Ganjar Pranowo mengungkapkan bahwa terbuka peluang untuk berduet dengan Prabowo Subianto selama belum ada yang mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI.
Lantaran, politik saat ini masih sangat dinamis dan cair.
"Kalau politik itu sebelum nanti ditetapkan di KPU semua peluang bisa terjadi," kata Ganjar di Gedung High End, kawasan Jakarta Pusat, Rabu (20/9/2023).
Meskipun demikian, PDIP dan Gerindra tetap pada keputusannya masing-masing menjadikan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto sebagai capres 2024.
Sejauh ini, diketahui, Ganjar Pranowo didukung oleh empat partai politik.
Baca juga: Megawati & Prabowo Duduk Semeja, Puan Buka Suara soal Wacana 2 Poros
Di antaranya adalah PDIP, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Hanura, dan Perindo.
Sementara itu, Prabowo Subianto didukung oleh enam partai politik.
Yakni, Gerindra, Golkar, Partai Amanat Nasional, Gelora, Partai Bulan Bintang (PBB), dan Garuda.