Celios: Target Pertumbuhan Ekonomi Anies, Ganjar, Prabowo, Masih Sangat Normatif
Ekonomi global diperkirakan masih melambat dalam 5 tahun kedepan disebabkan konflik geopolitik, fluktuasi harga komoditas.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Direktur Center of Economic & Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira melihat target pertumbuhan ekonomi para bakal calon presiden, yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto masih normatif.
"Target pertumbuhan ekonomi Ganjar, Prabowo maupun Anies masih sangat normatif dan cukup ambisius. Bisa dikatakan overshoot ya," ujar Bhima saat dihubungi Tribunnews, Jumat (3/11/2023).
Bhima memaparkan, ekonomi global diperkirakan masih melambat dalam 5 tahun kedepan. Disebabkan konflik geopolitik, fluktuasi harga komoditas, hingga terjadi fenomena deglobalisasi.
Baca juga: Target Ekonomi Ganjar, Prabowo, Anies Terlalu Ambisius, Ekonom: Perlu Strategi Beda dari Jokowi
Yang jadi persoalan, lanjut dia, struktur ekonomi Indonesia sangat rapuh, mulai dari industrialisasi yang macet, ketergantungan ekonomi dari komoditas olahan primer yang menunggu booming komoditas.
"Padahal kita kan tidak tahu booming harga CPO, batubara, nikel bertahan berapa lama. Kalau sisi permintaan globalnya turun, misalnya China ekonominya melambat maka sangat menantang bagi Indonesia untuk tumbuh diatas 5,5 persen apalagi 7 persen," terang Bhima.
Bhima mencermati visi misi Ganjar dan Anies, yang menyentuh aspek ekonomi baru seperti transisi energi atau ekonomi hijau dan ekonomi digital. Kedua hal tersebut dianggap penting sebagai motor pertumbuhan ekonomi.
"Tapi perlu dicatat juga bahwa ketergantungan teknologi impor, dan skill SDM yang berkorelasi dengan kualitas pendidikan tidak bisa selesai dalam 5 tahun. Belum lagi bicara soal masalah arah pembangunan infrastruktur era Jokowi yang belum sejalan dengan industrialisasi dan penurunan biaya logistik," tutur Bhima.
Bhima menegaskan, para calon pemimpin memiliki pekerjaan rumah yang cukup besar untuk memperkuat perekonomian Indonesia. Pertama, menyelesaikan masalah lemahnya struktur ekonomi yang diwariskan era Jokowi. Kedua, mendorong sumber ekonomi baru yang lebih berkualitas.
"Kita juga tidak ingin para Capres mengejar pertumbuhan tinggi tapi melupakan kualitas pertumbuhan seperti melebarnya ketimpangan, hingga masih banyaknya jumlah masyarakat rentan. Harus balance antara pertumbuhan dan indikator kesejahteraan yang lebih merata," tutur Bhima
Karena itu, dari sisi ekonomi, Indonesia butuh Capres-Cawapres yang memiliki lima kriteria:
- Memahami konteks ekonomi global tidak inward looking, khususnya dalam kerjasama transisi energi, ekonomi berkelanjutan, pangan hingga transformasi digital
- Mampu merangkul negara kawasan khususnya di tingkat Asean dalam pembangunan bersama, sehingga tidak ikut arus kepentingan China vs negara barat.
- Ada pembagian tugas yang jelas antara Capres dan Cawapres dalam ekonomi misalnya pembagian antara komunikasi dengan pengusaha atau investor domestik vs asing. Tentunya membutuhkan komunikasi yang handal sehingga tercapai kolaborasi ideal.
- Perlu ada porsi yang lebih besar untuk mengatasi masalah ketimpangan, kemiskinan terutama di daerah luar Jawa tidak sekedar bansos, tapi juga penguatan perlindungan sosial secara utuh, contohnya mereformasi BPJS.
- Mampu memaksimalkan peran anak muda usia produktif untuk masuk ke pasar tenaga kerja yang lebih berkualitas.
Sebelumnya, tiga pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden memiliki perbedaan dalam mencantumkan angka target pertumbuhan ekonomi.
Berikut rangkuman dari masing-masing pasangan.
Ganjar-Mahfud MD
Dalam dokumen yang diserahkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD menuliskan, target pertumbuhan ekonomi agar Indonesia ke luar dari jebakan pendapatan menengah.
"Pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7 persen untuk menargetkan Indonesia dapat keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle income trap secara inklusif," tulis dokumen tersebut dikutip Jumat (3/11/2023).
Dituliskan bahwa strategi untuk keluar dari middle income trap secara inklusif, dengan meningkatkan peran koperasi dan UMKM, dukungan usaha baru di seluruh wilayah Indonesia, pemanfaatan infrastruktur, ekonomi digital, pengelolaan ekonomi hijau-biru, serta pertumbuhan industri manufaktur di 7,5-8 persen.
"Optimalisasi Kawasan Ekonomi Khusus untuk mempercepat industrialisasi dan investasi," tambahnya.
Anies-Cak Imin
Sedangkan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin), memasang target pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 5,5-6,5 persen per tahun dalam lima tahun ke depan jika terpilih.
Di antaranya dengan mendorong efisiensi anggaran dengan memprioritaskan belanja produktif dan menekan belanja non produktif untuk menghasilkan ruang fiskal yang lebar.
Kemudian, mengelola utang negara secara bertanggung jawab untuk menjaga keberlanjutan fiskal dan menjaga rasio utang terhadap PDB kurang dari 30,0 persen (2029), turun dari 38,1 persen (2023).
Lalu, memperbaiki pengelolaan utang pemerintah untuk mengoptimalkan komposisi: jangka waktu, denominasi mata uang, dan sumber utang dengan proses penerbitan Surat Berharga Negara yang terencana, kompetitif, dan transparan guna memperoleh suku bunga terendah.
Prabowo-Gibran
Sementara itu, dalam dokumen visi misi, Prabowo dan Gibran menyinggung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan 6 persen hingga 7 persen yang dibutuhkan Indonesia mulai tahun 2025 untuk mencapai Indonesia Emas pada 2045.
Prabowo-Gibran juga menjanjikan tingkat kemiskinan ekstrem menuju 0 persen dalam 2 tahun pertama pemerintahan dan kemiskinan relatif ditargetkan di bawah 6 persen di akhir 2029.
"Pemberantasan kemiskinan harus menjadi prioritas utama kebijakan pemerintah. Upaya pemberantasan kemiskinan ekstrim menuju 0 persen perlu dilakukan sesegera mungkin dalam 2 tahun pertama pemerintahan. Sementara untuk kemiskinan relatif ditargetkan di bawah 6 persen di akhir 2029," tulis dokumen tersebut.
Kemudian, keduanya juga berkomitmen untuk memperbaiki produktivitas perekonomian dengan tujuan memperbaiki angka Incremental Capital to Output Ratio (ICOR) hingga tata kelola utang.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia