Megawati dan Sejumlah Tokoh Majelis Permusyawaratan Rembang Sedang Ingatkan Bahaya Otoritarianisme
Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Sukarnoputri menyinggung situasi politik terkini terkait Pilpres 2024, dirinya menilai putusan MKMK.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
Selanjutnya, dia juga menyoroti peryataan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh yang mengingatkan bahwa rakyat tidak akan diam jika pemilu dipenuhi kecurangan. NasDem merupakan salah satu parpol pengusung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Tanpa menyebut nama, dia mengatakan penguasa seharusnya tak menggerakan institusi negara untuk kepentingan politik tertentu.
Selain mereka yang terlibat dalam kontestasi Pilpres 2024, keresahan terkati pemilu juga disuarakan sejumlah tokoh demokrasi dan pluralisme yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang (MPR).
Baca juga: Pidato Megawati Disebut Tunjukkan Kekecewaan dan Kemarahannya kepada Jokowi Sekeluarga
Di kediaman tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Mustafa Bisri atau Gus Mus, mereka turut berkomentar menyikapi kondisi bangsa yang dianggap telah menyimpang dari agenda reformasi.
Tokoh-tokoh itu, antara lain budayawan Goenawan Muhammad, agamawan Antonius Benny Susetyo atau yang akrab disapa Romo Benny, Omo Komaria Madjid, mantan Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin, dan Erry Riyana Hardjapamekas.
"Karena apa yang terjadi di MK itu pemaksaan kehendak yang sekarang ini sudah mulai terstruktur sistematis dan masif. Tokoh-tokoh di Rembang itu kan mereka tidak terafiliasi dengan tokoh politik. Mereka sadar ini sudah bahaya," papar Ari.
Ari juga menilai keresahan yang sudah muncul di kalangan elite dan intelektual bisa menjelma menjadi gerakan rakyat yang membesar.
Terlebih bila koalisi Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin bersinergi untuk melawan kecurangan hukum dan pelanggaran netralitas aparat yang terjadi di Pemilu 2024.
"Menurut saya, ini semakin lama bisa menjadi gerakan yang membesar. Keyakinan itu saya lihat dari gerakan mahasiswa, kemudian ada elemen masyarakat di Yogya," jelas Ari.
Jika semakin kentara memperlihatkan mobilisasi untuk memenangkan Prabowo-Gibran, Ari menilai peluang kubu Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin berkolaborasi semakin besar.
Pasalnya, mereka memiliki kepentingan yang tidak jauh berbeda.
"Mereka memiliki irisan yang sama soal kegelisahan demokrasi. Anies- Muhaimin dan Ganjar-Mahfud itu resah dengan kekuatan suprastruktur negara untuk pemenangan calon tertentu," jelas Ari.