Dua Capres Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen, Bank Indonesia Prediksi Mentok di 6,1 Persen
Kegiatan ekonomi memerlukan tranformasi di sektor riil meliputi infrastruktur konektivitas fisik, digital, hilirisasi minerba.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini sebesar 5,2 persen, lalu menurun ke 4,5 persen pada 2024.
Chatib mengatakan, kalau perkiraan pertumbuhan China di sekitar empat setengah persen, maka permintaan impor di negara tersebut akan melambat.
Artinya, ekspor Indonesia ke China juga akan mengalami perlambatan.
Baca juga: BSI Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5 Persen di Akhir 2023
Dia bilang, perlambatan pertumbuhan ekonomi China sebesar satu persen, bakal memiliki dampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi di RI sebesar 0,3 persen.
"Jadi kalau misalnya ekonomi China itu melambat dari sekitar lima persenan, 5,2 persen ke 4,5 persen itu kan turunnya sekitar 0,7, jadi mungkin dampaknya ekonomi Indonesia itu akan melambat tidak sampai sebesar 0,3 persen," ujar Chatib.
"Kurang dari 0,3 persen ya, tetapi akan ada dampak pada perlambatan ekonomi Indonesia," lanjutnya.
Adapun alasan perlambatan ekonomi China, menurut IMF, disebabkan oleh investasi swasta yang lebih lemah, ekspor yang melambat, dan permintaan domestik yang menurun pasca pembukaan kembali dari penguncian Covid-19.
“Kami melihat pertumbuhan ekonomi China yang cenderung melambat dalam beberapa waktu terakhir,” kata Juru bicara IMF Julie Kozack dalam sebuah pernyataan, Kamis (13/7/2023).
Target Pertumbuhan Ekonomi Capres-cawapres
Sebelumnya, tiga pasangan capres-cawapres memiliki perbedaan dalam mencantumkan angka target pertumbuhan ekonomi.
Ganjar-Mahfud MD
Dalam dokumen yang diserahkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD menuliskan, target pertumbuhan ekonomi agar Indonesia ke luar dari jebakan pendapatan menengah.
"Pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7 persen untuk menargetkan Indonesia dapat keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle income trap secara inklusif," tulis dokumen tersebut dikutip Jumat (3/11/2023).
Dituliskan bahwa strategi untuk keluar dari middle income trap secara inklusif, dengan meningkatkan peran koperasi dan UMKM, dukungan usaha baru di seluruh wilayah Indonesia, pemanfaatan infrastruktur, ekonomi digital, pengelolaan ekonomi hijau-biru, serta pertumbuhan industri manufaktur di 7,5-8 persen.
"Optimalisasi Kawasan Ekonomi Khusus untuk mempercepat industrialisasi dan investasi," tambahnya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.