Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Aneka Hasil Survei Pilpres, Pakar Berpesan Agar Publik Tidak Tergiring

Emrus menilai hasil survei tidak bisa dijadikan pegangan untuk mengambil keputusan dalam Pemilu 2024.

Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Aneka Hasil Survei Pilpres, Pakar Berpesan Agar Publik Tidak Tergiring
Kolase Tribunnews.com
Kampanye menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) sudah memasuki hari ke-14, Anies kampanye di Jakarta, Prabowo pilih bekerja, Ganjar di Jakarta. 

TRIBUNNEWS.COM - Bermacam hasil survei Pilpres 2024 telah dirilis berbagai lembaga survei.

Hasilnya memang sering kali berbeda antara satu lembaga dengan yang lainnnya.

Demikian mendapat sorotan dari pakar komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing.

Dirinya menilai hasil survei tidak bisa dijadikan pegangan untuk mengambil keputusan dalam Pemilu 2024.

Baca juga: Cak Imin Respons Pemberhentian Kiai Marzuki dari Jabatan Ketua PWNU Jatim: Itu Bukan Tradisi NU

Hal itu dikarenakan hasil survei yang dikeluarkan lembaga survei kerap berbeda di luar batas margin of error.

Padahal seharusnya, perbedaan hasil tidak akan menjadi masalah jika masih berada pada batas margin of error.

"Saya melihat hasil survei di Indonesia tidak boleh menjadi acuan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mengambil keputusan, buktinya ada berbeda," ujarnya Jumat (29/12/2023).

Berita Rekomendasi

Publik pun diminta untuk bersikap kritis terhadap hasil survei elektabilitas pasangan calon.

"Sepanjang tidak dibuka sumber pendanaannya, sepanjang itu pubik harus pertanyakan hasil survei. Jangan langsung terima hasil survei. Bongkar sumber pendanaan, bongkar metodologinya, termasuk kuesionernya," tambahnya.

Emrus menambahkan metodologi survei yang digunakan lembaga survei pun perlu didiskusikan lebih lanjut.

Selain metodologi, pertanyaan survei pun berbunyi jika pemilu dilakukan hari ini.

"Itu kan pada saat kalau andaikan pemilu hari ini. Artinya sangat dinamis," tegasnya.

Komunikolog itu juga menyebut beberapa contoh pilkada yang justru dimenangkan oleh paslon dengan elektabilitas rendah dan tidak diunggulkan.

"Coba cek beberapa pilkada yang justru dimenangkan kandidat dengan elektabilitas rendah," tambahnya.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas