Soroti Food Estate Dikelola Kemenhan, Anies: Untuk Kebutuhan Pokok Tapi Tanam Singkong, Gagal Pula
Ketahanan pangan itu bisa terjadi apabila rakyatnya memiliki kemampuan untuk memproduksi pangan.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, PADANG - Calon presiden nomor 1, Anies Baswedan menyoriti program Food Estate atau lumbung pangan yang turut dikelola Kementerian Pertahanan di bawah komando Prabowo Subianto.
Menurut Anies, jika food estate bagian dari petahanan maka mungkin bicaranya soal kebutuhan pokok masyarakat.
Namun, Anies menyebut tanaman yang ditanam di food estate bukan komoditas pangan utama.
"Food estate kita di Kalimantan itu malah menanam singkong, dan itu gagal pula," kata Anies di acara Desak Anies di Lapangan Cindua Mato, Sumatera Barat, Rabu (3/1/2023).
Baca juga: Bukan Bangun Setara Jakarta, Anies Jelaskan soal Program Upgrade 40 Kota di Indonesia
Anies mengatakan alasan mengapa pihaknya tak ingin mendorong kegiatan food estate karena uang negara dititipkan kepada korporasi.
"Menurut saya anggaran yang sama akan jauh lebih optimal diberikan kepada petani-petani agar mereka bisa dapat pupuk dengan harga murah, irigasi dan tata niaga yang diperbaiki," tukasnya.
Ia mengatakan, ketahanan pangan itu bisa terjadi apabila rakyatnya memiliki kemampuan untuk memproduksi pangan.
"Kita melihat kita perlu memiliki bukan hanya ketahanan tapi kedaulatan pangan. Dan kedaulatan itu didapat lewat kerja para petani-petani ini," tegasnya.
"Jadi orientasinya bukan semata-mata mengisi kebutuhan pangan kita tapi juga memastikan bahwa jutaan orang yang bekerja di sektor petanian yang berjasa selama ini jangan mereka ditelantarkan dengan kita memindahkan prioritas kepada food estate. Kembali kepada para petani," sambungnya.
Siapkan Contract Farming
Anies mengungkapkan, dirinya senantiasa memperhatikan kepentingan rakyat dan pedagang serta petani kecil.
“Kami di dalam menyusun sebuah program kami selalu melibatkan semua stakeholders (pemangku kepentingan) agar tidak mematikan ekosistem. Bagaimana usaha mereka tetap hidup, tetapi ikut di dalam sistem yang kita susun,” ujar Anies.
Menurut Anies, dia akan mengajak semua pelaku usaha untuk berdiskusi bersama mencari solusi yang tepat.
“Kita ajak bicara sama-sama, sehingga tata niaganya itu berkeadilan. Supaya mereka yang sudah hidup di dalam sektor ini, tetapi bisa hidup, tetapi tidak terjadi rente. Rente, permainan harga, permainan jumlah, informasinya dibuat setara, sehingga harga di tempat produksi, ambil margin yang masuk akal,” kata dia.
Anies mengungkapkan, yang sering terjadi, kita tidak tahu harga di sentra produksi, kita tahunya cuma harga di ujung pasar.
“Di situlah markup dan rente itu terjadi. Jadi kita ingin tata. Insya Allah nanti para pedagang juga akan bisa hidup, walaupun nanti kita siapkan mekanisme untuk ada contract farming,” kata Anies.