Pengamat Menilai Keamanan Papua Lebih Penting Dibahas di Debat Capres Dibanding Laut Cina Selatan
Pengamat Politik Universitas Nasional Selamat Ginting menilai masalah Keamanan Papua lebih penting dibahas di Debat Capres dibanding Laut Cina Selatan
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Garudea Prabawati
Terutama diplomasi dengan negara maju untuk membahas pengamanan di Papua.
"Padahal debat ini bisa juga membicarakan diplomasi-diplomasi kita yang lemah di negara-negara terutama Inggris dimana upaya mengisukan Papua merdeka kan dari Inggris, tapi sayang dalam debat ini sama sekali tidak dibahas soal Papua," pungkas Ginting.
Baca juga: Soal Debat Capres Terkait Pertahanan, TPN: Isunya Pak Prabowo Malah Jadi Panggung Mas Ganjar
Tanggapi Debat Capres soal Pertahanan, Pengamat Militer Nilai Pentingnya Pembenahan Alutsista
Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati menanggapi hasil debat Capres yang membahas tema pertahanan, hubungan internasional dan geopolitik pada Minggu (7/1/2024) malam.
Wanita yang akrab disapa Nuning itu setuju dengan pendapat Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo terkait restrukturisasi TNI.
"Pak Ganjar malam tadi tampil prima. Beberapa hal apa yang disampaikan dibenarkan oleh Pak Prabowo. Pak Ganjar menyampaikan dalam restrukturisasi TNI yang diutamakan TNI AL dan TNI AU itu betul karena risiko tinggi bagi para pengawak alutsista," kata Nuning melalui pesan singkatnya, Senin (8/1/2024).
Menurutnya, ketidakprimaan alutsista bisa membuat semakin banyak Anumerta prajurit di usia muda.
Baca juga: Jokowi Kritik Debat Ketiga Pilpres: Menyerang Personal, Tidak Mengedukasi Masyarakat
Mereka anak bangsa yang harus kita lindungi seharusnya.
Pembenahan alutsista TNI, kata Nuning terbagi ke dalam dua program untuk alutsista yang dimiliki sebelum Minimum Essential Force (MEF) ditetapkan pemerintah dan setelah MEF berjalan.
Alutsista sebelum MEF dibenahi untuk mempertahankan life cycle agar tetap dapat digunakan sesuai pasokan rantai logistik dan keahlian prajurit TNI yang mengawaki Alutsista tersebut.
"Dari analisa Operation Reaearch biasanya pembenahan alutsista tersebut dituntut mencapai level yang Maximin, yaitu yang maksimal dan semua kondisi minimal," ujarnya.
Sedangkan alutsista yang pengadaannya setelah MEF berlaku, dikatakan Nuning maka pembenahannya diutamakan untuk interoperability dan communability.
Baca juga: Prabowo Ajak Diskusi soal Pertahanan di Luar Debat, Anies: Harus di Forum Terbuka
Pembenahan yang bersifat interoperability agar seluruh alutsista ketiga matra dapat digunakan secara terintegrasi.
"Contohnya meskipun jenis alat komunikasi yang diadakan oleh masing-masing angkatan berbeda tetapi tetap terintegral ke dalam sistem komunikasi ketika operasi gabungan digelar," katanya.