Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

TPN Sebut Ganjar-Mahfud Sudah Punya Strategi Jalankan Transisi Energi

Dewan Pakar Ganjar-Mahfud, Agus Hermanto mengatakan paslon nomor urut 3 memiliki strategi untuk menjalankan transisi energi menuju energi baru terbaru

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Wahyu Aji
zoom-in TPN Sebut Ganjar-Mahfud Sudah Punya Strategi Jalankan Transisi Energi
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Calon Presiden Ganjar Pranowo bersama Calon Wakil Presiden Mahfud MD saat acara dialog terbuka bersama Muhammadiyah di Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (23/11/2023). Dalam dialog yang dihadiri mahasiswa, para kader Muhammadiyah dan masyarakat umum tersebut pasangan capres dan cawapres menyampaikan visi dan misinya. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dewan Pakar Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Agus Hermanto mengatakan paslon nomor urut 3 memiliki strategi untuk menjalankan transisi energi menuju energi baru terbarukan (EBT).

Jika memenangi Pilpres 2024, Ganjar-Mahfud menargetkan bauran EBT hingga kisaran 25-28 persen dicapai dalam satu periode kepemimpinan.

"Karena di depan mata kita ini, sudah ada (transisi energi) yang kita laksanakan. Apabila kami laksanakan secara tepat, rasanya target- target itu pasti tercapai," kata Agus kepada wartawan, Jumat (12/1/2024).

Ia menuturkan pada tahun 2022, sumbangsih EBT dalam bauran energi nasional masih sekitar 14 persen. Padahal, Indonesia memiliki potensi EBT yang berlimpah, yakni mencapai 3.687 GW jika diakumulasikan dalam bentuk energi listrik. Potensi energi surya merupakan yang terbesar, yakni mencapai 3.294 GW.

Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau Conference of the Parties (COP), dari yang ke-21 hingga COP ke-28, mewajibkan negara-negara di dunia untuk menggenjot transisi energi ke bentuk energi yang ramah lingkungan.

Indonesia termasuk salah satu negara yang menyetujui kesepakatan internasional tersebut.

Agus menjelaskan transisi energi dari Ganjar - Mahfud bakal dilakukan secara bertahap. Harapannya, penggunaan batu bara sebagai sumber energi bisa dipangkas dan Indonesia mampu mencapai net zero emission atau emisi nol pada tahun 2060.

Berita Rekomendasi

Adapun pada tahap pertama, Ganjar-Mahfud akan menggelar dedieselisasi alias konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke pembangkit listrik berbasis EBT, seperti tenaga surya dan angin.

"Kita tidak lagi merencanakan PLTU yang baru. Jangan lagi membuat PLTU batu bara lagi. Kita mulai yang paling aman dulu. Tentu pertama kali energi surya. Energi surya sudah banyak dibangun, perbanyak," ucap Agus.

Sementara untuk PLTS, Agus mencontohkan pembangkit yang sudah beroperasi di Jeneponto, Sulawesi Selatan. Ia meyakini PLTS bisa direplikasi di berbagai daerah yang potensi energi anginnya besar dan stabil.

"Tetapi pembangkit listrik energi angin itu masih menunggu power purchase agreement dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) atau perjanjian pembelian tenaga listrik yang dilakukan oleh PT. PLN dengan pengembangan listrik swasta," kata Agus.

Tahap selanjutnya, kata Agus, Ganjar-Mahfud bakal memperbanyak membentuk desa mandiri energi berbasis EBT lokal. Ia mencontohkan desa-desa yang mengandalkan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) atau berbasis bioenergi dari bahan organik seperti biomassa dan biogas.

"Beberapa di Jawa Tengah ada juga (yang pemenuhan energinya didapat) dari kotoran-kotoran sapi. Jadi, ada biogas dan itu bisa juga dipergunakan kalau untuk keperluan rumah tangga," ucap Agus.

Tahap, selanjutnya yakni mengembangkan energi panas bumi yang ketersediaannya melimpah ruah di Indonesia. Banyaknya potensi energi panas bumi di Indonesia tak lepas dari lokasi Indonesia yang dilewati oleh cincin api Pasifik.

Agus mengakui pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) tidak gampang. Pasalnya, Indonesia perlu teknologi geothermal yang bisa menembus perut bumi dan mendekati magma hingga sekitar 2000 meter.

Baca juga: TPN Ganjar-Mahfud Pede Bisa Raup Swing Voters

"Kemungkinan memerlukan waktu lebih dari 5 tahun hingga beroperasi," kata dia.

Langkah terakhir ialah mendorong percepatan penggunaan kendaraan bermotor listrik untuk mengurangi emisi karbon.

"Walau mungkin tidak selesai dalam waktu setahun. Tetapi, urutan kita harus menuju ke arah sana," pungkas Agus.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas