Jusuf Kalla Nilai Pemilu 2024 Jadi yang Terburuk, TKN Prabowo-Gibran: Itu Tidak Adil
TKN Prabowo-Gibran merespons pernyataan mantan Wapres, Jusuf Kalla, yang mengatakan Pemilu 2024 jadi yang terburuk dibandingkan sebelum-sebelumnya.
Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Mantan Wakil Presiden (Wapres), Jusuf Kalla (JK), berpendapat bahwa Pemilu 2024 merupakan yang paling buruk dibandingkan pemilihan-pemilihan sebelumnya.
Pernyataan ini lantas ditanggapi oleh Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Ahmad Muzani.
Mulanya, pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra itu membandingkan situasi Jusuf Kalla dengan pihaknya yang 10 tahun menjadi oposisi pemerintah.
Menurutnya, pendapat yang disampaikan oleh JK tak adil sebab pria berusia 81 tahun itu belum pernah merasakan posisi sebagai oposisi dalam waktu yang lama.
Hal ini dituturkan oleh Muzani di Media Center TKN, Jakarta Selatan, Kamis (25/1/2025).
"Kami pernah merasakan 10 tahun sebagai partai oposisi dan kami merasakan itu semua."
"Saya merasa apa yang dikatakan Pak JK itu, belum pernah merasakan posisi di oposisi sehingga menurut saya, itu tidak fair (adil)," terang Muzani.
Sebelumnya, Jusuf Kalla mengkritik pernyataan Joko Widodo (Jokowi) yang mengatakan presiden boleh memihak dan kampanye dalam pemilu.
Menurutnya, Pemilu 2024 terlihat demokratis, tetapi nyatanya pasangan calon (paslon) tertentu masih mendapatkan intimidasi.
JK juga menyebut pemilu 2024 tak dilaksanakan secara adil sebab ada keberpihakan.
"Ini (pemilu saat ini) kelihatannya demokratis, calon ada, tapi diintimidasi lah, di-apalah, dilaksanakan tidak adil, berpihak luar biasa," tuturnya.
Baca juga: Jusuf Kalla Turun Gunung Temani Anies Baswedan Kampanye, Bagaimana Elektabilitas AMIN di Sulsel?
Dia mengaku telah banyak mengalami gelaran pemilu. Namun, menurutnya pemilihan kali ini adalah yang paling buruk prosesnya.
"Saya umur segini mengalami pemilu sejak lama. Enggak ada proses pemilu seburuk ini. Paling buruk," ungkapnya.
Jusuf Kalla lalu membandingkan pemilu kali ini dengan pemilu yang dilakukan pada masa Orde Baru.
Pemilu saat Orde Baru memang berlangsung tak adil, tetapi cara-cara yang dilakukan kala itu tidak dengan mengintimidasi.
"Bahwa ada artinya mengarahkan (saat Orde Baru) ada juga, tapi tidak dengan ancaman seperti sekarang, tidak masif dari atas ke bawah. Namun, sistemnya memang dikuasai," papar JK.
Bukan hanya itu, Jusuf Kalla juga menyoroti pencalonan putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, sebagai wakil presiden.
Dia tak masalah Gibran maju dalam kontestasi Pemilu 2024, tetapi JK mempermasalahkan prosesnya yang menabrak konstitusi.
Apabila prosesnya salah, sambung Jusuf Kalla, maka hasilnya juga akan salah.
Buktinya Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Anwar Usman, yang merupakan paman Gibran itu dicopot dari jabatannya sebagai ketua imbas putusan yang diketuknya.
"Kita tidak memprotes karena anaknya (Jokowi) berusaha jadi (cawapres) tidak, yang kita protes itu caranya. Prosesnya. Kalau prosesnya salah, hasilnya juga pasti salah."
"Buktinya Ketua MK (Mahkamah Konstitusi)-nya dipecat kan, itu saja. Kalau ketua MK-nya dipecat berarti ada masalah besar kan. Ini tidak bisa dibantah," ujarnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul: Jusuf Kalla Sebut Pemilu 2024 Terburuk, TKN Prabowo-Gibran: Belum Pernah Rasakan Posisi Oposisi dan Presiden Jokowi Bikin Syok Soal Netralitas di Pilpres 2024, Apa Kata JK, PDIP dan Timnas AMIN?
(Tribunnews.com/Deni)(WartaKotalive.com/Alfian Firmansyah/Valentino Ferry)