Saat Berada di Aceh, Mahfud MD : Saya ke Pinggir Dulu agar Tidak Mengganggu Jalannya Pemerintahan
Alasan Mahfud MD ke pinggir atau mundur dari jabatan Menkopolhukam agar tidak terganggu oleh kebijakan pemerintahan karena perbedaan pilihan politik
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 3, Mahfud MD, kembali berdialog langsung dengan masyarakat melalui program Tabrak, Prof!.
Kali ini Mahfud bertandang ke Serambi Mekkah dan berkumpul dengan warga di MZ Coffee, Kota Banda Aceh.
Tanpa membuang waktu, moderator langsung melancarkan pertanyaan kepada Mahfud soal pernyataannya di Lampung pukul 14:00 hari ini.
“Hari in saya mengumumkan akan menyampaikan surat resmi untuk presiden sepulang dari Aceh besok sore.
Sesudah itu kita lihat perkembangannya. Tergantung hasil pertemuan saya dengan presiden,” jelas Mahfud, Rabu (31/1/2024).
Mahfud mengatakan, dirinya dulu diangkat presiden dengan penuh kehormatan.
"Presiden memanggil saya dan mempercayakan untuk mengurus Polhukam. Saya juga sangat menghormati beliau sehingga saya menerima tugas itu,” katanya,
Soal pilihan politik yang sekarang berbeda, Mahfud menegaskan, ini yang membuatnya harus ke pinggir dulu agar tidak mengganggu jalannya pemerintahan, dan agar saya tidak terganggu juga oleh kebijakan pemerintahan.
Baca juga: Soal Siapa Pengganti Mahfud MD di Kabinet Jokowi, Pengamat Sebut 2 Sosok Ini
Rizal yang mengaku sebagai rakyat biasa mengatakan, pilihan Prof Mahfud untuk datang ke Aceh adalah hal yang unik, mengingat menurutnya, partai pengusung Ganjar-Mahfud tidak terlalu populer di Aceh.
“Apa tawaran untuk kami rakyat Aceh untuk akhirnya harus memilih Ganjar-Mahfud,” tanya Rizal.
“Di luar soal partai politik, saya ini datang dari satu kelompok masyarakat yang punya kesamaan jiwa dengan Aceh, yaitu dari masyarakat yang kental keislamannya.
Saya dari Madura. Saya mempunyai jiwa yang sama untuk memperjuangkan nilai-nilai keislaman di dalam berbangsa dan bernegara, sehingga nasionalisme kita itu juga hidup.”
Pertama menurut Mahfud, yang ditawarkan adalah pemajuan pendidikan di Aceh.
“Saya di Sabang, melihat guru-guru agama di sini sangat penting perannya untuk mendidik masyarakat sehingga saya tawarkan nanti, guru-guru agama, marbot masjid, kita kasih honor yang cukup agar kehidupannya sejahtera,” jelas Mahfud.
Diketahui, pasangan calon (paslon) nomor urut 3 juga telah menyiapkan sejumlah program untuk meningkatkan kesejahteraan santri.
Misalnya, Program Rekognisi Ijazah untuk memudahkan santri dalam melanjutkan pendidikan dan mendapatkan pekerjaan dan Beasiswa Afirmasi, serta Dana Abadi Pesantren untuk mendukung pendidikan santri di jenjang yang lebih tinggi.
“Untuk jangka menengah, dua tahun lagi dana otonomi khusus (otsus) Aceh akan habis. Nanti kita perjuangkan agar dana otsus diperpanjang untuk pembangunan Aceh”. Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh pada tahun 2023 mencatat bahwa Provinsi Aceh masih bertahan sebagai Provinsi termiskin di Sumatera.
Mahfud kemudian menanggapi pertanyaan Rizal terkait partai pengusungnya.
Hal ini menjadi tawaran tersendiri karena sangat terkait dengan kondisi di Aceh.
“Ketika saya diminta menjadi cawapresnya Pak Ganjar oleh partai pengusung, saya diberi empat tugas. Satu, penegakan hukum; dua, pemberantasan korupsi; tiga, penegakan dan perlindungan hak asasi manusia (HAM); dan empat, membangun demokrasi yang substantif,” tutup Mahfud.
Tabrak, Prof! ditayangkan secara langsung melalui Instagram @mohmahfudmd, TikTok @mohmahfudmdofficial, dan YouTube Mahfud MD Official.(*)