Peneliti CSIS Ungkap Penyebab Debat Capres Semalam Minim Perdebatan dan Gimik: Isu Terlalu Teknis
Peneliti CSIS, Beltsazar Krisetya menjelaskan mengapa debat capres semalam minim perdebatan dan gimik.
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Departemen Politik dan Perubahan Sosial, Pusat Kajian Strategis dan Internasional (CSIS), Beltsazar Krisetya menjelaskan mengapa debat capres semalam minim perdebatan dan gimik.
Menurut Beltsazar hal itu dikarenakan topik pembahasan terlalu banyak.
Serta pertanyaan yang disampaikan panelis tak menciptakan benang merah dari persoalan-persoalan yang dihadapi.
Diketahui KPU telah melangsungkan debat terkahir Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) pada Minggu (4/2/2024) malam.
Adapun debat capres semalam bertemakan Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi.
Baca juga: Setelah Debat Terakhir Pilpres, Ganjar Safari Politik ke Jawa Barat, Mahfud di Jawa Timur
"Catatan terhadap format debat, masuk akal kalau debat kemarin itu bisa terbilang minim perdebatan dan juga minim gimik," kata Beltsazar di kantor CSIS Jakarta Pusat, Senin (5/2/2024).
Ia menjelaskan hal itu dikarenakan memang topik perdebatan terlalu banyak.
Beltsazar Pun mengkritisi pemilihan pertanyaan yang dipilih panelis melalui undian.
Baca juga: Prabowo Janji Rekrut Kaum Disabilitas Bekerja di Pemerintahan Jika Menang Pilpres 2024
Menurutnya sistem undian itu bukan membantu untuk menciptakan payung besar atau benang merah dari topik-topik tema debat capres.
"Tapi malah semakin membuat isu-isu tersebut menjadi isu-isu sektoral atau teknis. Sehingga penonton atau calon pemimpin kesulitan melihat visi besar dari calonnya terhadap program-program yang bisa berdampak langsung," tegasnya.
Ia melanjutkan, masyarakat malah diperhadapkan terhadap contoh-contoh kasus.
Misalnya soal perlindungan tenaga kerja asing, biaya kuliah, hingga pabrik ponsel.
"Sehingga isu di debat kelima ini tidak seperti debat sebelumnya. Isu yang pada awalnya menyebar (Umum) dan semakin menyebar lagi," jelasnya.
Atas hal itu ia mengusulkan debat yang akan datang dalam putaran dua atau Pilpres 2029 tidak ada pertanyaan undian.
"Tidak perlu ada undi-undian, kita formulasikan satu pertanyaan untuk masing-masing segmen yang bisa menangkap ide besar paslon. Dan kemudian diberikan kepada kandidat sebelum debat, sehingga diskusinya bisa lebih detail. Kalau perlu ada yang lebih spontan bisa ada sisi tanya jawab setelahnya," tandasnya.