Connie Bakrie Sebut Jika Pemerintah Abai Terhadap Perspektif Akademis, Publik Bisa Skeptis
Sementara di sisi lain masyarakat berharap agar seorang pemimpin mampu mempertimbangkan temuan-temuan dan pandangan akademis.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Akademisi yang juga Pengamat Bidang Militer dan Pertahanan Keamanan, Connie Rahakundini Bakrie mengatakan pengabaian terhadap perspektif akademis bisa melemahkan kepercayaan masyarakat.
Sementara di sisi lain masyarakat berharap agar seorang pemimpin mampu mempertimbangkan temuan-temuan dan pandangan akademis.
"Terpenting adalah mengabaikan perspektif akademis, melemahkan kepercayaan masyarakat, dan masyarakat berhak berharap agar pemimpin memoertimbangkan temuan-temuan akademis, pandangan akademis," kata Connie dalam seminar nasional bertajuk 'Rakyat Mencari Pemimpin' di Hotel Kartika Chandra, Jakarta pada Selasa (6/2/2024).
Jika pengabaian ini terus dibiarkan, Connie khawatir akan terjadi pengakaran sifat skeptis di tengah masyarakat yang justru dapat mengancam esensi dari demokrasi itu sendiri.
"Ketika ini dibiarkan maka skeptisme akan terjadi mengakar dan sebenarnya mengancam esensi demokrasi itu sendiri," ungkapnya.
Menurutnya, perspektif akademisi maupun yang datang dari pihak manapun semestinya dapat diterima oleh pemerintah, lantaran Indonesia merupakan negara yang menganut demokrasi.
"Sebagai pendidik saya berdiri di sini dengan menegaskan komitmen saya terhadap prinsip demokrasi, bagaimana beragam perspektif itu harus diterima," kata dia.
Sebelumnya Connie juga mengatakan dewasa ini pihak Istana Negara dalam hal ini pemerintah yang berkuasa sekarang, banyak menolak koreksi dari para akademisi, dosen dan guru besar.
Padahal penolakan koreksi tersebut membuat penurunan modal intelektual dan kualitas tata kelola bernegara.
Selain itu Connie pun mengaku belakangan, khususnya selama perhelatan Pemilu 2024, para akademisi cenderung dipandang sebagai sosok yang punya tendensi dukungan terhadap calon-calon tertentu.
Baca juga: Ganjar Pranowo Tanggapi Isu Ahok Kuda Putih Jokowi: Semua Bisa Berasumsi
Hal ini kata dia, juga imbas dari banyaknya buzzer politik yang menyudutkan akademisi dengan narasi 'dibayar'.
"Jadi mengikis keahlian dari para akademisi, para dosen, guru besar adalah menolak koreksi dan kontribusi itu sebenarnya telah membuat modal intelektual dan penurunan kualitas tata kelola negara," ungkap dia.