Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

TPN Ganjar-Mahfud: Kultur Demokrasi Jangan Sampai Rusak

Hasto menyoroti sejumlah distorsi antara lain terkait tekanan terhadap sejumlah kepala daerah yang bahkan akhirnya mengubah sikap politik, penurunan b

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Acos Abdul Qodir
zoom-in TPN Ganjar-Mahfud: Kultur Demokrasi Jangan Sampai Rusak
Tribunnews.com/Chaerul Umam
Sekretaris Tim Pemenangan Nasional (TPN) capres-cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Hasto Kristiyanto dan Co-captain Timnas capres-cawapres Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN), Sudirman Said, menjadi pembicara dalam diskusi "Pilpres dan Memulihkan Distorsi Kompetisi Menjadi Kompromi" yang digelar Forum Dialog Nusantara (FDN) di kawasan Patra Kuningan, Jakarta, Rabu (7/2/2024).  

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris TPN Ganjar-Mahfud MD, Hasto Kristiyanto menyebut, hati nurani harus diutamakan dalam penyelenggaraan pemilu 2024.

Sehingga distorsi yang terjadi saat ini menjelang Pemilu sebaiknya dihentikan, agar kultur demokrasi tidak rusak.

Hal itu disampaikan Hasto, saat menjadi narasumber pada diskusi "Pilpres dan Memulihkan Distorsi Kompetisi Menjadi Kompromi" yang digelar Forum Dialog Nusantara (FDN) di kawasan Patra Kuningan, Jakarta, Rabu (7/2/2024).

"Hati nurani rakyat, jangan diintervensi, jangan ganggu kedaulatan rakyat itu didalam menentukan pilihannya. Jadi siapa yang menyalahgunakan keyakinan rakyat, termasuk juga dari KPU dan Bawaslu, ingat Karmapala. Itu lokal wisdom kita. Keyakinan kita," ujar Hasto.

Hasto menyoroti sejumlah distorsi antara lain terkait tekanan terhadap sejumlah kepala daerah yang bahkan akhirnya mengubah sikap politik, penurunan bendera PDIP yang sah sebagai peserta pemilu dan hal lainnya.

Sehingga sejumlah tokoh nasional seperti Jusuf Kalla, Shinta Wahid dan lain-lainnya turun untuk mengingatkan agar kultur demokrasi terus terjaga.

Berita Rekomendasi

Menurut Hasto, demokrasi harus dijaga berjalan secara fair, sehingga pemaksaan skenario satu putaran itu tidak perlu dilakukan. Kalau baik pasti rakyat akan tanpa dipaksa-paksa akan menilai dengan baik, dengan penuh kegembiraan. 

"Jadi mari kita buka mata hati kita dengan jernih. Ini bukan persoalan siapa mau menjadi presiden. Ini persoalan Indonesia kita. Ini persoalan bahwa kultur demokrasi itu jangan sampai dirusak. Kultur demokrasi ini sangat mahal dibangun dengan susah payah," ucap Sekjen DPP PDIP itu.

Baca juga: Serangan Balik ke Ahok yang Sebut Jokowi & Gibran Tak Bisa Kerja hingga Sentilan Lupa Andil Presiden

Terkait distorsi yang terjadi saat ini, Hasto menegaskan berbagi boleh dengan cara-cara yang demokratis. 

Bukan malah kemudian dipaksakan satu putaran kemudian berbagi. 

"Terhadap hal-hal yang prinsip, jangan dikompromikan kalau ada perbedaan fundamental. Nah karena itulah kita melihat distorsi itu menyangkut hal-hal yang fundamental, diatas hukum itu ada etika, maka sebentar dulu kalau mau bicara kompromi," ucap Hasto.

"Kita ini punya prinsip, partai punya prinsip, PDI Perjuangan digerakkan oleh ideologi, oleh keyakinan politik bagi kami. 32 tahun Orde Baru kami dipinggirkan tapi kami bisa eksis, 10 tahun jaman pak SBY juga," imbuh Hasto.

Baca juga: Jokowi Nyatakan Tak Akan Kampanye, Cak Imin: Bagus, Ada Kesadaran

Sehingga, kata Hasto, masih belum terlambat diharapkan bergema suatu spirit untuk mewujudkan pemilu yang betul-betul jurdil, betul-betul luber. 

"Sehingga kesanalah nanti baru kita bicara bagaimana merajut spirit persatuan. Jadi ketika hal-hal yang sangat prinsip, kita harus kokoh. Dalam prinsip atas keyakinan ideologi kita, atas kultur yang kita bangun," ucap Hasto.

"Mari kita sama-sama mencoba meyakini bahwa rakyatlah akan menentukan mau satu putaran atau dua putaran. Itu rakyat yang menentukan jangan dipaksakan," pungkas Hasto.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas