Dekati Hari Pencoblosan, DEMA UIN Surakarta Ajak Mahasiswa jadi Katalisator Keutuhan Bangsa
Untuk itu, kata dia, DEMA dan segenap civitas akademik UIN Surakarta berkomitmen sejak awal mengawal proses demokrasi, termasuk pemilu, berjalan aman
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Raden Mas Said Surakarta menggelar seminar penguatan literasi politik mahasiswa jelang Pemilu 2024 di Gedung SBSN Lantai 2 UIN Raden Mas Said pada Jumat (9/2/2024).
Kegiatan dialog interaktif bertajuk Seminar Kepemiluan ini dihelat dalam upaya memupuk kesadaran politik mahasiswa menyambut Pemilu 2024 aman dan damai.
Seminar Kepemiluan dengan tajuk "Penguatan Literasi Politik Mahasiswa Menyambut Pemilu 2024 Aman, Damai, dan Bermartabat" ini dikemas dengan dialog interaktif.
Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Raden Mas Said Surakarta, Anwar Mustaqim, mengatakan, mahasiswa dan sivitas akademika harus mengambil peran menjaga keutuhan dan integritas bangsa jelang Pemilu 2024.
Salah satunya, lanjut dia, melalui upaya penguatan politik damai di tengah suhu politik yang memanas.
"Mahasiswa dan kampus mesti menjadi katalisator yang mendinginkan suasana gemuruh melalui penguatan literasi politik damai,” kata Mustaqim dalam keterangannya pada Jumat (9/2/2024).
Baca juga: Rincian Dana Operasional TPS Pemilu 2024: Pembuatan TPS, Beli Pulsa, hingga Konsumsi KPPS
Dia menjelaskan eskalasi politik jelang pemungutan suara Pemilu 2024 mulai panas dan berpotensi memecah kerukunan.
“Skema pemilihan yang dilaksanakan serentak juga akan menguras energi bangsa tidak hanya secara finansial, tetapi juga emosi dan keadaban publik. Karena itu, tantangan Pemilu 2024 kiranya menjadi concern tidak hanya bagi penyelenggara," kata dia.
Angka pemilih muda secara demografis menempati posisi tertinggi pada Pemilu 2024.
Bonus ini, lanjut dia, harus menjadi peluang di tengah tantangan konflik horizontal yang sangat mungkin memecah belah kerukunan bangsa.
Bukan tidak mungkin, polarisasi dukungan politik justru membuat masyarakat terpecah ke dalam kubangan disintegrasi, permusuhan, dan perpecahan.
“Menggalakkan kegiatan edukatif dan literatif tentang politik kepada mahasiswa memang menjadi fardhu. Bekal kepekaan politik mahasiswa terutama dalam mengantisipasi praktik politik kasar, penuh kekerasan, dan disintegrasi, harus terus dilakukan melalui instrumen kampus,” ujarnya.
Baca juga: UTA 45 Jakarta Diminta Ikut Kritisi Jokowi, Rudyono: Haram Politik Praktis Atasnamakan Kampus
Untuk itu, kata dia, DEMA dan segenap civitas akademik UIN Surakarta berkomitmen sejak awal mengawal proses demokrasi, termasuk pemilu, berjalan aman dan berintegritas.
"Kampus, sebagai lumbung intelektual, harus lebih aksesebel memberikan penguatan pengetahuan politik terhadap mahasiswa,” ujarnya.
Sementara itu, akademisi UIN Raden Mas Said, M Zainal Anwar, berharap kegiatan edukatif tentang kepemiluan mampu menjadi jembatan bagi mahasiswa untuk mengedepankan politik rasional daripada praktik politik yang bersinggungan dengan identitas dan SARA.
“Jelang pemungutan suara, potensi konflik sangat lebar. Psikologi massa pemilih hari ini cenderung lebih labil dan agresif. Pada saat yang sama, mahasiswa harus mengambil peran untuk konsisten menjaga kontestasi politik tetap berada pada jalur persaudaraan dan kerukunan,” jelas Zainal.
Kegiatan Seminar Kepemiluan diikuti oleh ratusan peserta dari dalam dan luar kampus UIN Surakarta. Setelah sesi dialog, kegiatan dilanjut dengan pembacaan deklarasi pemilu damai yang memuat lima poin komitmen. Deklarasi dipimpin oleh Ketua DEMA dan diikuti oleh semua peserta dan stakeholder kampus yang hadir
Hadir pada kesempatan itu narasumber antara lain Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Raden Mas Said Surakarta, Anwar Mustaqim, Ketua Bawaslu Sukoharjo, Rochmad Basuki, dan akademisi UIN Raden Mas Said, M. Zainal Anwar.