Jubir TKN: Ternyata Kaum Milenial Tak Mempan Dihasut Lewat Narasi Kampanye Hitam
Cheryl Tanzil justru berterima kasih kepada serangan-serangan kampanye hitam yang ditujukan kepada paslon nomor urut 3.
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara atau Jubir Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Cheryl Tanzil, justru berterima kasih kepada serangan-serangan kampanye hitam yang ditujukan kepada paslon nomor urut 3 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka selama Pilpres 2024.
Menurutnya, narasi kampanye hitam, ungkapan narasi Indonesia diambang kehancuran yang disampaikan oleh pihak lain ternyata tidak disukai oleh kaum milenial yang notabene adalah mayoritas pemilih di Pemilu 2024.
Hal ini disampaikan Cheryl dalam podcast quick count Pilpres 2024 Tribun Network 'Waktu Indonesia Memilih' di Studio Tribun Network, Palmerah, Jakarta pada Rabu (14/2/2024).
"Terima kasih sekali ada serangan black campaign dan rupanya rakyat Indonesia yang sebagian besar 52-56 persen adalah pemilih milenial. Mereka tidak suka dengan pola-pola black campaign dengan pola narasi bahwa Indonesia ini buruk, Indonesia diambang kehancuran. Mereka tidak suka dengan narasi seperti itu," kata Cheryl.
Baca juga: Unggul Versi Quick Count, Prabowo Minta Pendukung Jangan Sombong dan Tetap Rendah Hati
Di satu sisi, lanjutnya, kaum milenial lebih menyukai narasi-narasi soal kampanye damai, pesta demokrasi yang harus diisi dengan santun dan riang gembira, hingga kembali rangkulan setelah pilpres untuk membangun Indonesia. Hal itu yang selama ini disuarakan oleh paslon nomor urut 2 Prabowo - Gibran.
"Dan dari ketiga paslon, mungkin mereka lebih cocok dengan narasi bahwa mari kita berpolitik dengan santun, riang gembira dan mari bersama sesudah kompetisi ini kita menjadi sahabat lagi, membangun Indonesia sama-sama," ungkap dia.
Berkenaan dengan kondisi tersebut, politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini meminta hal ini dijadikan pelajaran bahwa masyarakat Indonesia tidak lagi mudah ditipu atau dihasut lewat narasi kecurangan.
"Pada akhirnya kita tidak boleh merendahkan masyarakat bahwa mereka mudah ditipu, mudah dicurangi. Kita harus percaya bahwa masyarakat Indonesia itu sudah pintar. Mereka pada akhirnya akan dengan kritis dari narasi-narasi yang tersedia," pungkasnya.