Menkes Sebut Skrining Kesehatan Tekan Angka Kematian Petugas Pemilu 2024
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin ungkap kegiatan skrining kesehatan untuk deteksi tekan angka kematian petugas pemilu 2024.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin ungkap kegiatan skrining kesehatan untuk deteksi tekan angka kematian petugas pemilu 2024.
Budi pun menjelaskan jika pelaksanaan skrining melibatkan berbagai pihak diantaranya Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, BPJS Kesehatan dan KPU.
Baca juga: Kemenkes RI Sebut 94 Petugas Pemilu 2024 Meninggal Dunia
Penurunan ini dapat dilihat dengan data yang dihimpun dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia (Bawaslu).
Disebut selama periode 14-18 Februari 2024, tercatat sebanyak 84 petugas pemilu dikonfirmasi meninggal dunia.
“Dari KPU, angkanya 71 orang untuk tanggal 14-18 Februari, untuk Bawaslu ada tambahan 13 orang kurang lebih tanggalnya sama, jadi total yang meninggal sampai sekarang ada 84 orang,” kata Budi dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (20/2/2024).
Baca juga: Dirut BPJS Kesehatan Ungkap 63 Persen Petugas Pemilu 2024 Punya Riwayat Hipertensi
Budi menyampaikan, jika dibandingkan Pemilu 2019, angka kematian tersebut telah berkurang. Penurunan angka kematian mencapai 74 persen.
“Angka kematian tahun ini di kisaran 16 persen dari kematian sebelumnya. Artinya terjadi penurunan yang sangat drastis dari jumlah petugas yang meninggal dari pemilu sebelumnya,” imbuhnya.
Sebagai informasi, angka kematian petugas KPPS pada tahun 2019 ada 894 petugas yang meninggal dunia dan 5.175 petugas mengalami sakit.
Oleh Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti diketahui jika dari 7,9 juta petugas pemilu yang terdaftar, sebanyak 6,8 juta orang atau 86,4 persen telah mengikuti skrining kesehatan.
“Dari skrining tadi, ada 398.155 orang yang berisiko penyakit dan kami beritahukan di dashboard yang bisa diakses oleh kementerian/lembaga dan petugasnya secara langsung,” tuturnya.
Dari hasil skrining yang dilakukan, ditemukan faktor risiko yang paling banyak adalah hipertensi.
Dikuti jantung koroner, lalu gagal ginjal kronik dan diabetes melitus
Kedepan, Budi menegaskan bahwa pemerintah akan terus mencari solusi agar kejadian serupa tidak terulang kembali pada penyelenggaraan pemilu mendatang.
"Karena satu nyawa manusia sangatlah berarti," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.