Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Eep Saefulloh Sebut Pemilu 2024 Jadi Paling Brengsek dan Brutal Sejak Zaman Reformasi

Eep Saefulloh Fatah mengatakan Pemilu 2024 menjadi Pemilu yang paling brengsek dan brutal sejak zaman reformasi.

Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Eep Saefulloh Sebut Pemilu 2024 Jadi Paling Brengsek dan Brutal Sejak Zaman Reformasi
Rizal Bomantama/Tribunnews.com
Konsultan Politik, Eep Saefulloh Fatah. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Konsultan Politik, Eep Saefulloh Fatah mengatakan Pemilu 2024 menjadi Pemilu yang paling brengsek dan brutal sejak zaman reformasi.

Pasalnya, Presiden Jokowi terus menerus melakukan pelanggaran konstitusi dan undang-undang secara terbuka.

"Ini Pemilu paling buruk sepanjang yang saya paham, ini Pemilu paling brutal, Pemilu paling brengsek dari semua Pemilu yang kita miliki selama reformasi," kata Eep dalam diskusi Demos Festival di Hotel Akmani, Jakarta, Sabtu (9/4/2024).

Implikasinya, kata Eep, pelanggaran konstitusi dan undang-undang yang dilakukan Presiden Jokowi membuat proses dan hasil Pemilu 2024 menjadi cacat dari berbagai lini.

Ia mengatakan bahwasanya KPU hingga Bawaslu seharusnya bertanggung jawab dengan kekacauan Pemilu 2024.

Baca juga: Pengamat Prediksi PPP Tidak Akan Ajukan Hak Angket Kecurangan Pemilu 2024

Apalagi, saat ini juga terjadi banyak kekisruhan dalam penghitungan suara yang telah dilakukan.

Berita Rekomendasi

"Menurut hemat saya, KPU, Panwas dan semua pihak yang terlibat menjadi penanggung jawab Pemilu semestinya saat ini bersikap selayaknya dengan tanggung jawab selayaknya. Ini adalah penghitungan suara paling lamban dan paling kisruh selama kita menyelenggarakan pemilu," katanya.

Ia pun mengungkit carut marutnya penggunaan sirekap KPU.

Menurutnya, banyak data yang tidak sesuai antara C1 hasil dengan data yang ditampilkan dalam sirekap.

Baca juga: Ganjar-Mahfud Pastikan Gugat ke MK, Timnas Amin Perintah Saksi Tolak Hasil Pemilu

"Celakanya itu terjadi saat kita pertama kali menggunakan teknologi yang sebelumnya belum kita punya yang disebut artificial intelegent yang dengan sangat mudah memindai C hasil menjadi data numerik ke dalam suatu aplikasi dengan sangat segera bisa menyelesaikan perhitungan seluruh Indonesia 823.220 TPS semestinya. Yang terjadi sampai saat ini kekacauan terjadi," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas