Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wawancara Eksklusif Dewi Praswida: Pernah Minta Agar Paus Fransiskus Doakan Indonesia 

Alumni penerima beasiswa Yayasan Nostra Aetate di Vatikan, Dewi Praswida memandang Paus Fransiskus bukan sekadar pemimpin umat Katolik

Editor: Erik S
zoom-in Wawancara Eksklusif Dewi Praswida: Pernah Minta Agar Paus Fransiskus Doakan Indonesia 
KOMPAS.COM/ISTIMEWA
Dewi Praswida, perempuan asal Indonesia bersalaman dan berdialog dengan Paus Fransiskus di Vatikan, Roma, 26 Juni 2019 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Alumni penerima beasiswa Yayasan Nostra Aetate di Vatikan, Dewi Praswida memandang Paus Fransiskus bukan sekadar pemimpin umat Katolik.

Lebih dari itu, Dewi menilai Paus Fransiskus sebagai tokoh yang membawa kemajuan dunia.

“Beliau mengeluarkan gebrakan-gebrakan yang progresif, tapi bagi saya, tidak meninggalkan kecintaannya terhadap agamanya, tidak meninggalkan perannya sebagai pemimpin agama,” kata saat podcast di Kantor Tribun Network, Palmerah, Jakarta, Selasa (11/6/2024).

Baca juga: Wawancara Eksklusif dengan Dewi Praswida: Paus Fransiskus Junjung Rasa Toleransi Umat Beragama

Dewi menantikan kedatangan Paus yang akan berkunjung ke Indonesia pada 3-6 September 2024.

Menurutnya, Paus Fransiskus dapat menjadi cerminan umat manusia tanpa perlu melihat agamanya.

“Tapi kita lihat bagaimana sosoknya, pemikiran-pemikirannya kemajuan dunia ini. Banyak yang bisa dipelajari ya, karena at the end, semua agama itu mengajarkan untuk kasih sayang kepada manusia,” kata aktivis Gusdurian ini.

Dirinya berahap dengan adanya kunjungan Paus Fransiskus tentu semakin membuka cakrawala pemikiran bahwa agama itu jalan manusia menyembah dan menghamba Tuhan.

Berita Rekomendasi

Bukan hanya kepada Tuhan saja tapi sesama ciptaan Tuhan umat manusia tetap harus saling berhubungan.

Simak wawancara lanjutan Host Tribun Network Geok Mengwan dengan Dewi Praswida:

Mbak bertemu sama Paus Fransiskus sudah dua kali. Bisa diceritakan sebelumnya gimana, ada fotonya juga nggak sih kan yang menggemparkan dia pas ketemu 2019 ya? Nah sebelumnya itu bagaimana momen ketemunya?

Jadi awal saya bisa ke Vatikan, awal menginjakkan kaki di sana itu tahun 2018. Itu saya ingat banget bulan Maret, karena itu pas saya ulang tahun waktu itu. Jadi waktu itu ada namanya Presidional Meeting Orang Muda Seluruh Dunia.

Gereja katolik itu punya event, dia mengumpulkan perwakilan orang muda seluruh dunia, untuk berdiskusi nih. Paus Fransiskus kala itu ingin mendengarkan masukan orang yang tidak memeluk agama katolik tentang katolik di daerahnya gimana gitu. Alhamdulillah, saya berkesempatan tuh kala itu.

Baca juga: Perjuangan Cia Bocah Asal Serpong Salaman dan Dapat Hadiah Permen dari Paus Fransiskus 

Saya dulu taunya Vatikan tuh ya pokoknya tiap Desember ada Paus ngomong aja gitu loh. Di TV-TV gitu kan. Saya udah ke sana ketemu Paus, saya berjabat tangan juga.

Tapi mungkin kala itu fotonya kurang proper, dan ya mungkin kala itu belum apa ya. Nggak langsung viral gitu.

Terus kan Mbak tadi punya persepsi kalau Vatikan tuh setiap apa, yang ada Paus ngomong gitu ya. Nah setelah datang ke sana sendiri ada yang kayak, ih ternyata nggak seperti yang dibayangin gitu loh. Ada nggak sih mbak yang kayak mungkin culture shock mungkin?

Yang membuat culture shock itu, mungkin pertama makanan ya. Jadi saya seminggu pertama itu, karbo itu saya hanya konsumsi indomie gitu.

Jadi mungkin belum terbiasa ya setiap hari makan spageti dan lain-lain. Meskipun sebenarnya mie juga.

Jadi mungkin ada culture shock soal makanan. Tapi kalau soal lingkungan ya, alhamdulillah saya aman-aman aja gitu loh. Nggak ada yang setiap ada apa tuh, saya kan sampaikan ke yang kepala di Asrama ataupun Romo Markus.

Baca juga: Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia dari Kacamata Deni Iskandar Muslim Banten Sekolah di Vatikan 

Jadi ada kejadian menarik tuh ini, di kampus tempat saya belajar, kan saya belajar di dua kampus, di salah satu kampusnya, saya tuh datang lebih awal, saya duduk di taman gitu lah, sambil baca buku, sambil minum gitu.

Ada seorang, saya nggak tau dia sudah pastor apa masih frater ya, tapi udah pakai kolar gitu. Setelah dia lihat saya, tiba-tiba dia tuh pakai rosario, kayak doa rosario tuh keliling gitu loh, di tempat saya duduk gitu loh.

Waktu itu saya berpikir aja, oh mungkin dia punya kekhawatiran yang lain, selama dia nggak ngomong sama saya, saya jadi soal, terus saya cerita, ‘Romo tadi ada ini, terus saya cerita ke tempat Asrama, oh yaudah selama nggak, kenapa-kenapa kan nggak apa-apa. Itu yang membuat kaget sih, oh ternyata begini, sama pernah kecopetan juga, kaget.

Untuk tingkat keamanannya sendiri bagaimana di sana?

Nah aman itu kayaknya mungkin, saya kurang kuat aja megangin doa, karena saya lagi bayar.

Mbak, jadi tadi kan makanan, misalnya tuh untuk makanan halal, agak susah ya Mbak ya?

Sebenarnya nggak susah ya Mbak, tapi pintar-pintarnya kita, memilih aja gitu, terus saya juga belajar, menyesuaikan diri dalam artian, kalau makanan tuh alhamdulillah, di Asrama saya tuh disediakan, dan itu selalu halal, karena di Asrama saya ini kan, beragam agama tuh, yang ada di situ.

Baca juga: Sambut Gembira Rencana Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, Dewi Praswida: Beliau Sosok Progresif

Tapi mungkin kalau kita ke supermarket itu, ya pintar-pintarnya kita, dan tentu kita, apa istilahnya, di mana bumi dipijak, di situ langit di junjung, ada istilah seperti itu.

Maksudnya, bukan saya kok kemudian meninggalkan, agama yang berkaitan dengan akidah dan sebagainya, cuman misalnya saya beli ayam panggang, di supermarket disana, saya nggak bisa dong, nuntut orang sana, ini disembelinya pakai bismillah, misalnya kayak gitu. Tentu, ya saya baca doa sendiri aja gitu, terlepas soal itu.

Ketika waktu salaman sama Paus Fransiskus, itu tuh ada yang beliau sampaikan ke Mbak, atau mungkin Mbak, ngomong apa gitu ke Paus Fransiskus?

Ada, jadi, saya waktu Paus lewat itu, saya bilang, saya Dewi dari Indonesia, kurang lebih begitu, saya mohon ke Paus, mau didoakan untuk Indonesia, gitu.

Terus beliau bilang, ya saya akan mendoakan, gitu.

Itu ngomongnya pakai bahasa apa?

Saya pakai bahasa Inggris.

Baca juga: Delegasi Vatikan Sambangi Kemenlu Bahas Persiapan Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia

Seperti apa gambarannya pas momen pertama sama kedua tuh ada, perbedaan nggak sih Mbak?

Itu saya merasa lebih wah itu pas yang kedua, Mbak.

Karena kalau yang pertama itu kan, ketika event itu, Paus itu sudah dipastikan hadir, gitu. Udah pasti, gitu. Nah, kalau yang kedua itu kan, waktu itu saya was-was ya, antar jadi nggak jadi, gitu.

Karena dikabarkan beliau kurang enak badan, mau ini, terus, ya bisa. Yang pertama saya juga ngomong, saya Dewi dari Indonesia, gitu.

Yang kedua itu ngomong, nggak tau ya, vibe-nya itu lebih kerasa yang kedua.

Ini kan menjadi viral gitu ya menjadi pembahasan juga. Terus ada yang pro dan kontra, tuh, Mbak. Nah, yang kontra itu seperti apa, gitu, komen-komennya, dan pro itu seperti apa, Mbak? Dan gimana Mbak menanggapinya?

Tentu, kalau saya pribadi, gini, Mbak, kalau yang diserang itu adalah saya pribadi, saya tuh nggak jadi soal. Tapi itu kan, kalau itu tuh ada beberapa orang yang menyerang keluarga, lah. Seperti orang tua, saudara, dan sebagainya.

Kadang, kita tuh bisa, misal kita dihina orang ya, kita tuh bisa menerima, tapi kan kadang keluarga, atau siapa tuh, suka emosional, lebih mendalam, gitu. Nah, mungkin kalau itu yang menjadi kontroversial adalah, yang pertama, soal jabat tangan. Ya, tentu kan di dalam agama Islam, sebetulnya kan, ada beberapa pendapat ya, boleh berjabat tangan atau nggak.

Saya pribadi, gini, saya berjabatan dengan Paus itu kan di tempat umum ya, Dan, tidak akan ada kemungkinan terjadi tindakan pelecehan dan lain-lain yang membahayakan diri saya.

Terus, saya juga berjabat tangan dengan paus itu, tidak ada dasar nafsu dan yang lain-lain.

Jadi, menurut saya, bagi saya pribadi, seandainya saya berdosa ya, biar itu Tuhan yang menghukum saya lah, gitu. Tapi, saya tidak ada niat yang tidak-tidak seperti itu. Lalu, yang kedua, mungkin kontroversial, itu saya kasih ke teman-teman Katolik, dalam artinya, saya nggak enak hati gitu loh.

Saya kan dikasih beasiswa, dan karena saya berjabatangan dengan paus, mereka tuh malah dituduh, ah, karena mau mengkristianisasi lah, inilah, itu. Nah, kalau itu, saya menanggapinya ya, saya bawa santai aja.

Oh, pada prakteknya, saya sampai sekarang masih Islam, kok. Saya nggak menjadi katolik seperti itu.

Tapi apa kayak kisruh, komentar-komentar kontra itu tuh, bertahan berapa lama, Mbak?

Nggak sampai setahun sih, Mbak.

Biasanya kalau yang kayak gitu kan pas anget-angetnya aja.

Mbak, ini kan nanti bulan September, Paus bakal datang sini ya. Nah, Mbak, gimana Mbak-Mbak, dikasih tahukah, terus mungkin ada moment pertemuan lagi kah?

Kalau tau-taunya, sudah tau itu kan tahun sebelumnya kan sudah dikabarkan ya ya mau ke sini, tapi mungkin karena banyaknya pertimbangan belum jadi itu sudah dikabarkan, sudah. Ini sudah banyak kabaran, Mbak.

Baca juga: Delegasi Vatikan Telah Tiba di Indonesia, Koordinasi Rencana Kedatangan Paus Fransiskus

Nah, untuk tanggapan Mbak sendiri, gimana nanti untuk kedatangan Paus?

Oh, sangat senang sekali tentunya. Karena gini, saya pribadi melihat paus itu, beliau itu tidak sebatas sebagai pemimpin agama katolik ya.

Dan tidak pula sebatas mungkin sebagai pemimpin negara Vatikan. Tapi, paus ini adalah seorang figur yang progresif. Kita bisa nyari di YouTube, gitu.

Nanti, saya bagi ke mbak, deh, di WhatsApp YouTuber-nya ya. Tapi, intinya tuh ada seorang anak kecil, itu pada suatu momen itu menangis. Dia itu tanya sama paus.

Bahkan anak kecil itu, saking nangisnya, sampai nggak bisa ngomong langsung loh. Dia itu berbisik gitu ke paus kan. Namanya Immanuel, anak kecil itu.

Dia nanya, Paus, ‘Bapakku tuh Atheis. Mungkin Bapaknya itu tidak menganut agama, atau tidak mungkin tidak mengenali Tuhan, artinya Atheis Bapaknya itu. Tapi, anaknya itu empat beragama, gitu.

Kurang lebih. Nah, Bapakku itu akan masuk surga nggak? Ya, gitu.

Paus itu kan, pada waktu itu, ketika hadir itu kan sebagai pembuka agama, dia punya otoritas dong mengatakan surga neraka dari perspektif agama yang diyakini paus.

Tapi, jawaban paus itu, menurut saya sangat bikin terenyuh, ya, mengejutkan. Beliau itu bilang bahwa, ya, Tuhan itu kan baik, Bapakmu itu orang baik, dan Tuhan itu tidak akan mungkin menelantarkan anaknya.

Menurut saya, jawaban seperti itu kan nggak menghakimi siapapun. Yang bijak dan adem, gitu.

Padahal beliau sebagai pembuka agama, dari agama aku ini, masuknya A, B, gitu.

Yang kedua, selain beliau ini progresif tentang kemanusiaan, beliau ini kan juga cinta lingkungan ya.

Dengan lahirnya MC Click, atau dokumen gereja, Laudato Si. Apa tuh? Ini membahas tentang bagaimana kita seharusnya mencintai sesama ciptaan. Nah, sesama ciptaan itu dalam Laudato Si itu tidak dibatasi hanya sesama manusia, gitu.

Baca juga: Paus Fransiskus dan 50 Ribu Anak Serukan Perdamaian di World Children’s Day Roma

Bahkan kita juga harus mencintai tumbuhan, hewan, kayak habluminan nas, habluminanloh, gitu-gitunya kalau di agama kita.

Kebetulan, tesis saya itu juga membahas mengenai Laudato Si. Jadi, kecintaannya itu kan sangat tinggi, dan yang ada lagi itu fratelli tutti, ya.

Kita semua bersaudara, gitu. Jadi, Paus ini selalu apa istilahnya? Mengeluarkan gebrakan-gebrakan yang progresif, tapi bagi saya, tidak meninggalkan kecintaannya terhadap agamanya, tidak meninggalkan perannya sebagai pemimpin agama. Jadi, kedatangan Paus itu ya harus kita sambut dengan baik, menurut saya.

Tanpa perlu melihat agamanya apa. Tapi, kita lihat bagaimana sosoknya, pemikiran-pemikirannya kemajuan dunia ini.

Banyak yang bisa dipelajari ya, karena at the end, semua agama itu mengajarkan untuk kasih sayang kepada manusia. Untuk kedatangan Paus ini sendiri, dari alumni-alumni Vatikan, mungkin ada persiapan khusus untuk menyambut?

Sejauh ini, belum ada.

Tapi ada rencana mungkin?

Itu kita mengikuti kepada panitia saja. Kalau saya pribadi, Alhamdulillah saya sudah berkesempatan bertemu.

Mungkin kesempatan itu bisa digunakan khususnya teman-teman katolik yang sangat merindukan tentu kehadiran Paus berkunjung di Indonesia. Karena terakhir Paus itu berkunjung di Indonesia itu kayaknya Yohanes Paulus yang sudah berapa puluh tahun lalu di era Presiden Soeharto.

Untuk komunikasi sendiri dengan pengajar-pengajar lain di Vatikan, gimana kalau itu sama Romo Markus. Untuk yang lain masih komunikasi?

Alhamdulillah masih banget sama yang masak di Asrama. Saya di Facebook masih berteman. Saya ulang tahun saling mengucapi sama yang dulu orang keuangannya yang ngasih beasiswa.

Kebanyakan teman-teman itu pakainya Facebook. Sejauh ini rata-rata teman. Saya kalau komunikasi sama teman itu kalau enggak Facebook, melalui email.

Ada sih yang main Instagram sama Whatsapp, tapi mereka lebih fast respon lewat Facebook.

Terakhir ini Mbak, sebelum kita menutup perbincangan kita yang menarik ini, tanggapan Mbak sendiri untuk kedatangan Paus Fransiskus dan sosok Paus Fransiskus di mata Mbak sendiri, gimana terus mungkin ajakan untuk masyarakat di Indonesia terkait Paus Fransiskus ini, kedatangannya kita sambut seperti apa, dan harus bagaimana kita sebagai masyarakat?

Pertama, kepada teman-teman yang mungkin masih memiliki praduga-praduga yang ya entah akhirnya praduga itu benar atau salah, tidak perlu takut dengan kedatangan Paus Fransiskus, tidak perlu khawatir, tidak usah memiliki apa istilahnya, tidak suudzon lah, kalau umumnya akan terjadi ini, oh dia pemimpin agama ini itu kita enggak usah lah melihat itu, kita mari sama-sama kita melihat Paus itu sebagai sosok, beliau ini sosok yang sangat progresif.

Teman-teman bisa lihat di Youtube lah paling gampang, kalau kita lagi males baca buku, kita mungkin sambil di jalan bisa mendengarkan khutbah-khutbahnya Paus, bagaimana Paus itu menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang kritis yang berkaitan dengan agama, bagaimana kebijaksanaan beliau, bagaimana beliau mencintai lingkungan, mencintai sesama manusia, sesama ciptaan, bagaimana pula beliau mencintai orang muda, bahkan beliau itu juga tidak pernah menjustifikasi golongan atau kaum-kaum tertentu, seperti itu mbak.

Kemudian, ya kalau saya ditanya, Paus itu di mata saya seperti apa, ya beliau adalah sosok progresif sih yang sangat dibutuhkan di dunia ini, pemikiran-pemikiran beliau itu ya sangat progresif itu, selalu selaras dengan zaman gitu lho, gak ketinggalan zaman lah nantinya, kayak gitu dan kepada teman-teman semua ketika nanti Paus itu hadir ke Indonesia.

Kalau teman-teman misalnya ada yang tidak mau dalam tanda kutip menganggap beliau sebagai tokoh agama tertentu, mari kita lihat beliau sebagai pemimpin negara yang sedang dalam langkah diplomasi, kan Indonesia punya hubungan diplomasi dengan Vatikan, sedang berkunjung kunjungan ke negaraan, atau juga beliau itu kan pasti lihatnya baik, gak mungkin gak akan terjadi yang aneh-aneh lah seperti itu, saya sangat yakin itu sosok Paus itu gak mungkin beliau akan terjadi hal yang aneh-aneh lah di setiap kunjungannya seperti itu.

Baca juga: Mengenal Paus Fransiskus yang Bakal ke Indonesia, Catat Sejarah Al-Quran Dikumandangkan di Vatikan

Harapannya dengan kunjungan Paus Fransiskus ini sendiri apa mbak?

Saya berahap dengan adanya kunjungan Paus Fransiskus tentu semakin membuka cakrawala pemikiran kita ya, ya bahwa agama itu kan jalan kita menyembah Tuhan, jalan kita menghamba lah kepada Tuhan tapi sesama ciptaan Tuhan itu kan kita tetap harus saling berhubungan, berkomunikasi kita kan susah juga ya mbak kalau pilih-pilih, oh harus yang se-ini, se-ini, sedangkan kita nyari kerja aja pemilik perusahaan itu belum tentu loh se-agama sama kita.

Prinsip kita kuat dan saya yakin lah manusia Indonesia itu imannya kuat-kuat gak mungkin iman kita luntur hanya karena melihat candi berdiri, hanya karena melihat Pura berdiri atau hanya karena melihat seorang pendeta khutbah terus iman kita luntur itu tidak mungkin saya yakin itu sih. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas