Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wawancara Eksklusif - Ilham Habibie Tidak Kecil Hati Duel dengan Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil

Ilham Habibie ngaku makin Mesra dengan PKS Jabar, tidak kecil hati meski berhadapan dengan Deddy Mulyadi hingga Ridwan Kamil.  

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Wawancara Eksklusif - Ilham Habibie Tidak Kecil Hati Duel dengan Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil
TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN
Bakal Calon Gubernur Jawa Barat Ilham Habibie melakukan sesi foto usai wawancara dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Studio Tribun Network, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (26/6/2024). Ilham Habibie ngaku makin Mesra dengan PKS Jabar, tidak kecil hati meski berhadapan dengan Deddy Mulyadi hingga Ridwan Kamil.   TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN 

Tapi menurut saya ya bisa saja kita menang di situ. Itu bukan satu hal yang mustahil gitu ya. Kita juga lihat di lain provinsi ada petahana lain yang belum tentu menang.

Itu berkali-kali terjadi dan pada umumnya yang saya mengerti juga kadang juga adanya muka baru, ada pemikiran yang segar itu sesuatu yang disenangi oleh rakyat kita.

Pak di dalam politik ini kan ada take and give gitu ya Pak ya. Ada memberi dan menerima. Terutama bagaimana kita bisa memberikan satu harapan kepada para pemilih. Nah yang Pak Ilham tawarkan kepada warga Syarikat Barat ini apa Pak terutama?

Saya kira yang paling penting adalah lapangan pekerjaan. Itu nomor satu. Karena dengan adanya lapangan pekerjaan yang disediakan dalam jumlah yang memadai, banyak masalah lainnya itu bisa kita selesaikan dengan lebih mudah. Misalnya masalah terkait dengan yang lagi sangat disorot oleh media itu kan judi online.

Saya kira banyak diantara yang judi online itu karena mereka kepepet. Dia cari satu pendapatan tambahan masuk ke dalam jebakan itu. Yang jika mereka punya lapangan pekerjaan yang tetap, itu ada banyak yang tidak akan judi online.

Pinjaman online juga sama. Ya betul. Itu pinjol itu juga menjadi sesuatu yang harus kita perhatikan. Selain dari itu tentu juga ada hal yang seperti keamanan. Misalnya di kota Bandung ada geng-geng motor itu kan.

Itu juga karena mereka nganggur ya. Nggak ada pekerjaan sehingga ya hal-hal kayak gitu terjadi gitu ya. Atau juga saya lihat itu depresi itu banyak ya.

Berita Rekomendasi

Kalau kita ngukur itu di jabaran itu cukup banyak gitu ya. Jadi apa namanya banyak yang saya tidak katakan semuanya langsung hilang begitu itu terselesaikan atau lebih baik. Tapi itu akan sangat membantu.

Baca juga: Ilham Habibie Mengaku Dekat dengan Prabowo Subianto, Pernah Diundang Ngobrol Tiga Jam di Hambalang

Jadi itu nomor satu itu menurut saya. Selain dari itu juga perlu kita cocokkan ya. Yang kita lihat memang kadang itu juga ada ketidakcocokan di antara kurikulum atau juga alumni-alumni dari sektor pendidikan mau akademis atau vokasional yang masuk ke industri kadang itu tidak cocok.

Sehingga itu harus di-retraining gitu ya. Atau juga industri kadang juga tidak banyak komunikasi dengan sektor pendidikan agar supaya mereka lebih link and match. Itu juga harus kita baca ya.

Itu memang satu tantangan nasional bukan saja di Jabar. Tapi karena Jabar punya industri yang banyak dan juga punya institusi pendidikan baiknya akademis maupun vokasional yang banyak dan bagus sekali. Itu yang menurut saya adalah satu hal yang ya menurut saya bisa kita garap.

Coba kita menyelesaikan secara provinsi dulu. Dimana mereka bicara sama-sama lainnya gitu kan.

Pak Ilham ini apa yang disampaikan Pak Ilham itu penting tapi bisa jadi menjadi anomali. Karena sekarang ini badai PHK kan lagi gencar-gencarnya. Dan Bapak mengatakan satu program umumnya yang ditawarkan adalah menciptakan lapangan kerja. Pertanyaannya bagaimana Pak?

Oke. Kalau kita menyadari saat ini PHK itu kan satu snapshot saat ini. Kedepannya tentu kita harus mengubah banyak hal yang kita juga tidak, jangan Bapak harap itu bisa sesudah dalam beberapa bulan.

Itu perlu waktu. Kita harus sabar sedikit ya. Tapi industri yang kita lihat saat ini memang dia lagi menderita.

Pertama ada masalah terkait dengan dia punya bisnis model mungkin tidak cocok. Kedua dia punya strategi. Ketiga daya saingnya juga berkurang.

Kita di masa lampau itu kalau kita lihat yang banyak PHK itu kan industri tekstil dan produk tekstil. Mengenalkan kepada kita menawarkan jasa kita karena biasanya bukan merk kita tapi kita menjual produk jadi kepada orang yang punya merk gitu ya. Tapi itu mereka pilih yang paling murah.

Kita susah bersaing lah lawat Kambodia, Sri Lanka, Bangladesh, susah. Jadi model bisnisnya harus diubah. Disitulah perlu teknologi.

Disitulah perlu karyawan, teknisi, buruh yang lebih produktif. Disitulah perlu ada daya inovasi. Perlu ada kecepatan dalam bekerja dan sebagainya.

Itu perlu ada perubahan gitu ya. Dan itu hanya bisa dengan adanya kolaborasi antar sektor. Misalnya dari industri atau ekonomi ke sektor pendidikan ke sektor organisasi, profesi dan sebagainya.

Itu harus dimulai gitu ya. Jadi tidak ada solusi instan gitu ya kalau diharapkan langsung dan seketika itu tidak mungkin lah. Itu tidak realistis gitu ya.

Tapi waktu lima tahun menurut Pak Ilham cukup nggak? Ada perbaikan ya. Jadi nggak langsung boom gitu. Nggak ada itu.

Saya kira nggak realistis gitu ya. Tapi kan kita gini. Untuk lihat contohnya.

Baca juga: Dedi Mulyadi, Susi Pudjiastuti, dan Ilham Habibie Masuk Radar PDIP Untuk Pilkada Jabar 2024

Lahan negara juga perlu waktu beberapa dekade. Kalau kita ingat China tahun 90-an masih di bawah kita. Sekarang udah lebih dua kali di atas kita ya.

Dengan penduduk yang lima kali lebih penting daripada kita. Itu perlu waktu Pak. Tapi harus dimulai.

Dan tren yang saya lihat saat ini. Dan kita sudah lihat tren itu sudah beberapa belas tahun. Itu diindustrialisasi Pak.

Pertumbuhan industri tidak pernah dalam beberapa belas tahun yang lampau ini lebih besar daripada pendorongan ekonomi. Harus kita putar balikan. Sehingga industri lah yang menjadi pendorong utama daripada ekonomi kita.

Pak Ilham, setelah lapangan pekerjaan. Janji politik Bapak apa lagi?

Ya, saya kira pendidikan tadi sudah. Match ya.

Selanjutnya Pak. Kalau menurut saya juga harus kita mengenai penelitian ini, pengembangan. Juga harus lebih banyak di tempat gitu ya.

Oke, ada hal yang lain. Tadi saya banyak bicara mengenai industri. Kita juga sadar sama-sama bahwasannya Jabar bukan industri saja.

Banyak sekali yang bergantung pada sektor yang lain. Pertanian, perkebunan, perikanan, parawisata, semuanya ada. Itu juga harus kita perkuat.

Nah, teori saya adalah kalau kita perkuat industri, SDM kita harus perbaiki. SDM yang kita perbaiki itu juga akan berkiprah di bidang yang lain. Mereka juga akan meningkatkan produktivitas, kualitas, daya inovasi dari keempat sektor tersebut.

Yang memang menjadi sektor mata pencarian banyak orang di Jabar. Pertanian, kita juga tahu bahwa di Jabar itu misalnya ada Karawang, Indramayu itu kan lumbung padi.

Jadi, kalau kita menggunakan misalnya teknologi di situ, kan yang kita selalu keluhkan kan produktivitas Indonesia kan masih di bawah Thailand misalnya.

Kenapa? Karena sebetulnya teknologi masih kurang sebagian. Misalnya, cara pemupukannya, atau kurang menggunakan mesin, atau juga banyaklah masalah di situ. Ada tantangan.

Itu juga akan terbandingkan dengan mempunyai mindset yang lebih ke industri. Jadi, industrialisasi daripada sektor agro juga akan mendorong produktivitas agro. Begitupun di pekebunan, begitu pun perikanan, begitu pun pariwisata.

Karena SDM-nya yang kalau dia sudah mengalami adanya profesionalisasi itu menjadi industri. Jadi, industri bukan saja manufaktur. Tapi industri adalah sesuatu, satu sektor ekonomi yang memang berjalan sesuai dengan ada proses bisnis yang jelas.

Ada kualitas, norma-norma kualitas yang standar. Ada juga profesi-profesi yang terjaga sesuai dengan keperluannya. Dia punya standar-standar di profesi masing-masing.

Nah, ini adalah industri sebenarnya. Jadi, yang lain bidang-bidang lain-lain itu juga akan secara otomatis dia juga mendapatkan manfaatnya. Jadi, bukan industri saja yang lain terlupakan.

Tapi, kalau saya bilang industrialisasi yang paling penting adalah transformasi SDM-nya. Itu nomor satu. Dan kalau pun, saya kasih contoh, mungkin biar lebih jelas.

Kita semua tahu Korea. Korea itu di tahun 50an, tarif itu sama dengan kita. Karena mereka baru melalui satu perang sadar yang besar sekali.

Tapi sekarang, mereka 10 kali lipat daripada kita. Kalau lihat dari segi pendapatan perkapitannya. Padahal mereka nggak punya SDA sama sekali.

Jadi, SDA tidak memegang peranan dari hal dalam itu kan kelihatannya. Mereka nggak punya nol SDA. Tapi yang mengamperanan apa? SDM.

SDM-nya mereka waktu tahun 50an, walaupun dia hancur debur waktu itu negaranya, tapi SDM-nya sudah unggul dan dia investasi ke situ terus. Investasi ke penelitian dan pengembangan. Sehingga industri-nya mereka maju kan.

Dia buat mobil listrik, dia buat pesawat, dia buat kapal laut, dia buat handphone, komputer, semua dia buat. Nah, selain dari itu, yang kita lihat juga, Drakor, Drama Korea, K-pop, maju. Itu memang industri kreatif.

Bakal Calon Gubernur Jawa Barat Ilham Habibie (kanan) saat dibantu oleh Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra (kiri) memakai jaket yang merupakan kenang-kenangan dari Tribun Network usai wawancara khusus di Studio Tribun Network, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (26/6/2024). TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN
Bakal Calon Gubernur Jawa Barat Ilham Habibie (kanan) saat dibantu oleh Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra (kiri) memakai jaket yang merupakan kenang-kenangan dari Tribun Network usai wawancara khusus di Studio Tribun Network, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (26/6/2024). TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN (TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN)

Tapi industri, ini dia melakukan secara sistematis. Sehingga Drakor dan K-pop, dia secara global, dia top. Karena dia mengerti bagaimana memajukan itu sambil dia punya daya saing tertinggi.

Karena dia punya orang kreatif yang sudah melalui transformasi industri itu. Mindsetnya industri. Dia bisa.

Sistematis. Itu yang kita perlu juga lakukan. Karena kreativitas kita punya.

Tapi kreativitas itu menurut saya perlu kita salurkan. Ke arah yang sistematis itu. Sehingga itu menjadi satu industri.

Kalau sekarang, kadang saya lihat itu masih acak. Menurut saya itu perlu ada pembinaan secara sistematis. Sehingga mempunyai skala besar.

Kayak drama Korea kan luar biasa. Kalau kita nonton misalnya yang OTT kayak Netflix, Top 10 di Indonesia, 5 itu Korea. Itu bukan secara kebetulan menurut saya.

By design ya. By design, by system. By process.

Pak Ilham, banyak orang berpikir, kenapa kamu sekarang masuk ke dunia politik di usia 61 tahun?

Saya kan pengusaha. Jadi pengusaha. Sebenarnya saya profesional. Dan saya kira dalam beberapa dasar usia yang lampau ini, saya melalui satu proses belajar.

Dan proses transformasi sendiri, dimana saya banyak belajar di Indonesia, di negara saya, mengenai keadaan di sini seperti apa, dan apa saja yang menjadi masalahnya di sini, dan juga bagaimana menyelesaikannya. Itu satu hal yang saya lalui dulu.

Kemudian juga dulu gini ya, sewaktu Bapak masih hidup, sampai dengan tahun 2019, saya masih agak muda gitu.

Karena ada Bapak gitu ya. Jadi untuk saya bertindak seperti ini, walaupun saya tidak pernah bertanya, tapi memang fokusnya lebih ke Bapak. Karena Bapak itu adalah negarawan.

Dan saya tidak mau mengganggu itu.

Oh tidak mau mengganggu posisi Bapak sebagai seorang negarawan ya?

Enggak. Jadi dalam hal itu ya memang ada sedikit keangganan. Bukan sedikit, banyak keangganan saya. Tidak mau ya terlalu kelihatan berpolitik seperti itu ya. Tidak.

Tapi meskipun Bapak enggak melarang sebenarnya ya?

Tidak pernah melarang. Tapi Bapak selalu katakan, kalau kita mau mengembangkan negara dan bangsa, ada banyak caranya. Tidak harus melalui politik pemerintah.

Bisa juga dengan cara lain. Sebagai pengusaha, sebagai engineer, sebagai aktivis, sebagai orang media. Semuanya kita punya peranan dalam memadukan negara dan bangsa.

Tapi Bapak tidak pernah mengatakan jangan. Tapi dia serahkan itu kepada saya. Keputusan saya sendiri. Dan ini kan kelihatan. Saya membuat keputusan ini, Bapak sudah wafat 5 tahun yang lalu, dan menjabat 25 tahun yang lalu.

Jadi memang bukan karena faktor Bapak, tapi karena adalah keputusan saya sendiri. Saya lihat ada keperluan, dan saya lihat juga saya yakin saya mampu. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas