Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Megawati Wanti-wanti Petinggi Pemerintahan, ASN, TNI, dan Polri untuk Netral di Pilkada 2024

Megawati Soekarnoputri mewanti-wanti petinggi pemerintahan, Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI, dan Polri untuk netral di Pilkada 2024.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Wahyu Gilang Putranto
zoom-in Megawati Wanti-wanti Petinggi Pemerintahan, ASN, TNI, dan Polri untuk Netral di Pilkada 2024
Youtube PDI Perjuangan
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mewanti-wanti petinggi pemerintahan, Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI, dan Polri untuk netral di Pilkada 2024. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) sekaligus Presiden Kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri mewanti-wanti petinggi pemerintahan, Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI, dan Polri untuk netral di Pilkada 2024.

Ia meminta petinggi pemerintahan untuk berhenti memikirkan cara-cara curang yang terstruktur, sistematis, dan masif (TSM).

Hal itu disampaikannya dalam acara pengumuman bakal calon kepala daerah dan calon wakil kepala daerah gelombang ketiga yang diusung PDI Perjuangan dalam Pilkada Serentak 2024 pada Senin (26/8/2024).

"Makanya saya minta banget bagi para petinggi pemerintahan sudah berhenti dulu dah, mikiri hanya mau TSM (curang) dan lain sebagainya. Berikanlah rakyat itu kebahagiaan untuk bisa memilih pemimpinnya sendiri," kata Megawati.

Ia pun mengingatkan bahwa mereka adalah bagian dari Bangsa Indonesia.

Oleh sebab itu, ia meminta mereka yang menjadi bagian dari pemerintah tidak mempermalukan Bangsa Indonesia dengan berbuat curang di Pilkada 2024.

BERITA REKOMENDASI

"Jadi apa? Aparatur Sipil Negara, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia. Sudah berhenti. Nggak usah. Nggak ada gunanya. Untuk apa sih? Ingin naik jabatan? Jabatan juga suatu saat pensiun. Tulis ini," kata Megawati.

"Karena apa? Penyelenggara pemilu hingga pucuk pimpinan negara diuji komitmennya. Siapa suruh bikin aturan? Kalau nggak, jadi saja barbarian. Siapa kuat dia menang. Itukah yang mau diambil (dilakukan di) Negara Kesatuan Republik Indonesia? Ayo? Jawab?" sambung dia.

Menurutnya para ASN tidak perlu takut untuk menolak kemauan atasannya yang ingin berbuat curang.

Selain itu, ia pun mengingatkan kepada para prajurit TNI bahwa dirinya pernah menjadi Panglima tertinggi (presiden) di Republik Indonesia.

Baca juga: Isu Batal Usung Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta, PDIP Sebut Keputusan Ada di Megawati

"Kalau nggak senang sama Ibu, datang, ngomong itu demokratis. Telpon siapa? Nama siapa? Itu Andika (mantan Panglima TNI). Cari dah. Iya dong. Enak saja, emangnya siapa? Kayak sudah dibelah-belah," kata dia.


"Saya masih bisa lho. Karena banyak lho pangkat-pangkat. Nanti kalau gua pasangin, Andika pasti, siap. Lupa? Kenapa? Karena nggak ada lho mantan presiden. Saya saja kaget-kaget disebut-sebut Presiden kelima Indonesia. Betul nggak? Lha kok sekarang maunya digituin. Enak saja," sambung dia.

Megawati pun mengingatkan kepolisian untuk tetap netral.

Bahkan ia mengaku sampai sekarang belum bisa bertemu Kapolri.

"Terus Polri. Saya udah bilang mau ketemu Kapolri saja sampai hari ini nggak diterima. Ya biarin dah. Barangkali Kapolrinya juga rada-rada gemeter. Lho iya, ngapain sih orang nerima saja, saya nggak makan orang kok," kata dia.

"Kan saya cuma mau tanya. Saya ingin tahu argumentasinya beliau bahwa kok, yang saya bilang, saya kan warga negara sah, rakyat tentu juga sah, partai saya juga sah, KPU memberikan keputusan kita boleh ikut pemilu. Ya terang dong saya boleh nanya, kenapa kok gua aja yang digubrak-gubrak, begitu lho," sambung dia.

Ia pun lantas mengatakan bahwa para petinggi PDI Perjuangan di hadapannya tak berani mengatakan hal tersebut.

Megawati pun menegaskan dirinya tak punya beban untuk mengatakan hal itu.

"Ya ini kan kalian nggak berani ngomong. Ibu saja ngomong relax (santai). Ya saya nggak punya beban. Lha apa? Terus mau di apa? Mau ditarget? Mau ditangkap?" kata dia.

Megawati pun mengatakan banyak teman-temannya di negara lain yang bertanya perihal apa yang terjadi di Indonesia.

Menurutnya, pertanyaan tersebut salah alamat.

"Terus aku pikir, ngapain nanya sama gue ya. Mestinya sama yang lain dong. Karena apa ini? Karena ada pemimpin yang tidak mampu menahan gelora kuasanya sehingga melakukan segala cara termasuk menggunakan instrumen negara dan sumber daya negara. Aduh gawat," kata dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas