Yunika Fernandes Kembangkan Sulam dan Tenun Songket Khas Agam Sumbar
Yunika Fernandes mengembangkan kerajinan sulam dan tenun songket khas Agam dan kini memiliki pasar luas lewat media sosial.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Perempuan yang sempat membuka bisnis pet shop dan butik di tahun 2012 itu, coba fokus pada pembuatan kain tenun.
Dalam proses produksi kain tenunnya, Ika menggunakan mesin tenun sentak atau lebih dikenal Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Menggunakan mesin tersebut, perempuan lulusan SMAN 3 Baso itu, menilai proses pengerjaannya lebih cepat dari mesin yang banyak dipakai penenun Sumbar yaitu tenun gedongan.
Terlebih ia ingin lebih fokus membuat kain tenun sebagai bahan dasar baju, sehingga tidak terlalu banyak motif yang digunakan.
Kerajinan tenun miliknya diberi nama Songket Tenun Minang (STM). Tahap awal STM menargetkan konsumen dari pasar online.
Perempuan tamatan SMK Farmasi Imam Bonjol Bukittinggi itu, menggunakan media sosial Facebook sebagai tempat penjualan.
Usahanya ini cukup berhasil, pesanan demi pesanan berdatangan. Ia bisa menjual produknya ke seluruh Indonesia bahkan ke Amerika, Singapura dan Malaysia.
Melihat respon positif pasar ini ia mulai membuka galeri di jalan Bukittinggi - Payakumbuh Km 10 Ampek Angkek, Kabupaten Agam, tahun 2022.
Galeri itu ia buka setelah menjalin kerjasama dengan sejumlah tour travel dan Pemda setempat.
Inovasi Baru Tenun
Sebagai pengusaha tenun yang masih muda, Ika ingin menciptakan kain tenun dengan sejumlah inovasi kekinian.
Ia mengaku lebih fokus pada pembuatan kain tenun untuk bahan dasar baju. Sehingga ia memilih benang katun untuk bahan baku.
"Kalau biasanya benang emas, kami memakai benang katun agar nyaman digunakan konsumen," jelasnya.
Sedangkan untuk motif ia masih menggunakan motif Melayu, hanya saja dengan sejumlah sentuhan khas Songket Tenun Minang.