Yunika Fernandes Kembangkan Sulam dan Tenun Songket Khas Agam Sumbar
Yunika Fernandes mengembangkan kerajinan sulam dan tenun songket khas Agam dan kini memiliki pasar luas lewat media sosial.
Editor: Setya Krisna Sumarga
"Jadi saya mengirimkan bahan sesuai pesanan pada para anggota ini, lalu mereka kerjakan di rumah masing-masing," terangnya yang dulu mengantar langsung semua bahan baku itu pada anggotanya.
Semua anggotanya itu merupakan perempuan yang terdiri dari ibu rumah tangga dan anak muda.
Anak muda ini ia pilih supaya kerajinan tenun bisa terus dilestarikan. Mengingat pengrajinnya kebanyakan berusia 50 tahun ke atas.
Selain itu, anak muda juga memiliki kreatifitas dan inovasi baru agar tenun bisa beradaptasi dengan zaman.
Ia menilai tenun adalah kerajinan khas Indonesia jadi perlu dirawat dan pembaharuan.
Tenun dan Kawula Muda
Meski memasang target pasar masyarakat menengah ke atas, Yurika juga berfokus pada edukasi tenun untuk anak muda.
Ia berharap usaha tenunnya bisa mendapat hati anak muda. Agar semua terwujud ia coba memberi edukasi dan sosialisasi akan produknya di media sosial seperti Facebook dan Instagram.
"Kami juga membuat sejumlah produk kekinian agar bisa dinikmati oleh anak muda, seperti Totebag, aksesoris, scraft dan Deta," terangnya.
Ia mau anak muda kepincut barang turunan itu, membeli setelahnya mencari tahu bagaimana proses produksi produk yang mereka gunakan tersebut.
Selain melalui konsumen, ia juga merekrut para pekerja muda di galerinya. Para pekerja muda ini ia beri upah yang sangat layak agar tidak berpaling.
Para pekerja itu ia ajarkan dari nol agar bisa menenun, bahkan sampai saat ini mereka sudah bisa menenun dengan baik.
"Waktu itu pernah ada kunjungan Kemenparekraf, mereka terkejut karena penenunnya segar-segar," terangnya mencontohkan percakapan perwakilan Kemenparekraf itu.
Peran BUMN di UMKM
Hingga sampai ke tahap ini Yunika mengaku, banyak mendapat ilmu saat mengikuti BRINCUBATOR tahun 2022.
Selama mengikuti program itu, ia belajar bagaimana cara menyiapkan planing dan strategi dalam menjalankan bisnis.
"Awalnya saya hanya fokus pada produksi, tapi di program itu saya belajar digital marketing untuk pemasaran dan cara pembukuan," jelasnya.
Tahun ini (2023) ia juga coba mendaftar program BRILIANPRENEUR dari Bank BRI, ia berharap dari program itu bisa mendapat pengetahuan dan relasi baru.
Dony Aryo, Manager Bisnis Mikro BO bukittinggi, mengatakan, selain pengembangan SDM pihaknya juga memberi dukungan peminjaman mesin produksi (auto clave), Peminjaman mesin sealer dan Peminjaman mesin vacum frying.
Ia menyebut UMKM Songket Tenun Minang sudah masuk ke dalam kategori UMKM naik kelas.
Bahkan, Yunika di Rumah BUMN Bukittinggi, sering mendapat kesempatan jadi pemateri dan sharing ilmu ke UMKM binaan.
"Setiap kegiatan dan program bazar yang di adakan oleh BRI maupun program cabang, kanwil ataupun pusat, kami selalu melibatkan STM," terangnya.
Selain itu, Rumah BUMN juga memfasilitasi kegiatan berupa pelatihan untuk UMKM tersebut, serta rutin memberikan fasilitas pelatihan terkait peningkatan usaha kelompok.(Tribunnews.com/TribunPadang/Panji Rahmat)
ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ;
Baca Selanjutnya: Kisah yunika fernandes berhenti jadi karyawan pilih buka usaha songket tenun minang