Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Puluhan Siswi Korban Guru Bejat di Depok Mengadu ke Komnas PA

Puluhan orangtua siswi sebuah SDN di kawasan Beji Depok, Jawa Barat, mengadu ke Komisi Nasional Perlindungan Anak

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Puluhan Siswi Korban Guru Bejat di Depok Mengadu ke Komnas PA
net
ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Puluhan orangtua siswi sebuah SDN di kawasan Beji Depok, Jawa Barat, mengadu ke Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Selasa (28/5/2013). Mereka melaporkan dugaan kasus pencabulan oleh oknum guru di SD tersebut.

Siswi korban dugaan pencabulan tersebut berjumlah tujuh orang diantaranya, F, Ad, N, R, Pa, S, An dan Y. Seluruh korban adalah siswa kelas 5 B, di mana pelaku merupakan wali kelas di kelas tersebut.

Sh (45), ibunda Pa (11) yang datang menemui Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait menuturkan, bahwa orang tua khawatir dengan kondisi anak mereka.

"Kami minta pendampingan karena anak-anak kami ada di sekolah itu dan sebentar lagi mau ujian. Kami ingin anak-anak kami tetap aman belajar tanpa adanya intimidasi," katanya saat ditemui di kantor Komnas PA, Jalan TB Simatupang, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Selasa (28/5/2013).

Sementara itu Ern (40) ibu dari P (11), siswa yang mendapatkan tindak kekerasan dari guru yang berinisial BM (28), mengatakan, putranya tak mau lagi sekolah lantaran mendapatkan kekerasan fisik dari guru bejat tersebut.

"Sebulan lalu anak cowok satu kelas dituduh menghilanghan uang kas Rp 300 ribu, anak cowoknya ada yang ditampar dicekek disuruh ngaku. Dia trauma," ujarnya.

Menanggapi hal tersebut Arist Merdeka Sirait menjelaskan ada puluhan pelajar yang mendapatkan kekerasan dari BM. Untuk murid siswi dicabuli dengan menyingkap rok siswi dan memegang kemaluannya, sementara siswanya mendapatkan kekerasan fisik.

Berita Rekomendasi

"Kami mendorong supaya polisi melakukan visum. Saksi korban sudah ada, cukup untuk menjerat si guru tersebut. Karena bukan satu korbannya, sudah cukup," jelas Arist.

Menurut Arist, kasus ini terungkap setelah salah satu siswi yang menjadi korban mengadu ke orangtuanya, darisana kemudian diketahui ternyata korban ada lebih dari satu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas