Kejiwaan Sigit Diobservasi Selama Sebulan
Untuk memastikan kebenaran penuturan itu, Sigit akan menjalani observasi kejiwaan di RS Polri Sukanto
Karenanya Sigit bisa saja bebas dari tuntutan hukum jika memang dokter menyimpulkan jasad dimutilasi setelah korban meninggal.
Namun, kata Rikwanto, status hukum bukan sekadar perkara mutilasi melainkan dapat juga ditentukan dari motifnya dan bukan tindakan mutilasinya.
"Namun begitu, mutilasi sudah jelas dilakukan Sigit. Apakah mutilasi terjadi saat korban masih hidup atau meninggal, itu masih diobservasi. Motif belum kita temukan," jelas Rikwanto.
Mengenai informasi penyebab kulit kepala korban yang mengelupas karena lebih dulu direbus, Rikwanto enggan berspekulasi.
"Secara scientific terkait tengkorak adalah dokter yang bisa menjelaskannya. Tunggu visum dokter," kata Rikwanto.
Seperti diketahui pada Sabtu (13/7/2013) pukul 22.30 WIB, anak sulung Siti, Bambang Yudha Kusuma (54), terkejut melihat deretan tulang belulang yang tersusun rapih berdampingan dengan sebilah golok di lantai dapur di rumah ibunya di Jalan Danau Mahalona, E II No 78, RT18/04, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
Pemandangan semakin miris saat pria yang kesehariannya bekerja sebagai pelaut di Cirebon, Jawa Barat itu mendapati sebuah baskom berisi tengkorak manusia di atas bufet di depan kamar tidur.
Bukan hanya itu, di dalam kamar mandi juga ditemukan kerangka manusia yang masih berbalut daging serta organ manusia yang sudah membusuk.
Sebelum menemukan jasad tersebut, Bambang bertanya kepada adiknya Sigit. Dengan enteng, Sigit bilang ibu mereka sudah meninggal. Saat ditanya dimana kuburannya, pria yang disebut memiliki gangguan kejiwaan itu malah santai melenggang untuk rebahan di bangku taman komplek.