Jalan Layang Non Tol Tanah Abang-Kampung Melayu Selesai November
Setelah sempat mangkrak, pembangunan Jalan Layang Non Tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang akhirnya diteruskan.
Editor: Sanusi
Laporan wartawan Wartakotalive, Ahmad Sabran
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah sempat mangkrak, pembangunan Jalan Layang Non Tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang akhirnya diteruskan.
Heru Suwondo, Kepala Seksi Simpang Tak Sebidang, Dinas Pekerjaan Umum, mengatakan alat berat yang didatangkan dari Taiwan yakni Heavy Shoring sudah tiba di Jakarta sejak Rabu (21/8).
”Sekarang sedang buat dudukan untuk Shoring, pekerjaan hanya bisa dilakukan pada malam hari karena kalau siang akan menutup jalan akibat alat berat berupa crane yang dipakai untuk mengangkat shoring,” ujar Heru, Selasa (27/8).
Kontraktor JLNT, PT Istaka Karya mendatangkan alat berat yang dibeli dari Taiwan ykni sistem alat penyangga berat. Kontraktor harus secara hati-hati mengerjakan pengecoran jalan layang. Pasalnya, lalu lintas di sepanjang jalan KH Mas Mansyur termasuk padat terutama pada jam-jam sibuk.
Bila tidak menggunakan alat khusus, maka akan menambah kemacetan arus lalu lintas di kawasan tersebut. Alat berat itu akan membantu kontraktor menyelesaikan pembangunan jalan layang tanpa harus merugikan pengendara bermotor yang melintas.
Dari semua paket pekerjaan JLNT, hanya tersisa Paket Mas Mansyur. Heru mengatakan, Dinas PU DKI mengharapkan pekerjaan cepat selesai, namun karena lokasinya di atas badan jalan dan lahannya sempit, ditambah pekerjaan hanya bisa dilakukan malam hari, pihaknya berharap pada November ini dapat selesai.
”Kalau bisa kita inginnya jangan sampai akhir tahun atau Desember sudah selesai. Mudah-mudahan terlaksana,” jelasnya.
Posisinya pekerjaan penyelesaian JLNT berada diatas jalan layang yang sudah ada saat ini, dan diatas Jalan Jenderal Sudirman. Sedangkan lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman tidak bisa terganggu sama sekali. Kontraktor pembangunan JLNT, PT Istaka Karya, menyatakan pengerjaan jalan layang telah rampung hingga 90 persen.
Project Manager PT Istaka Karya, Firmansyah Ibnu beberapa waktu lalu mengatakan, bagian tengah JLNT sudah tersambung. Sedangkan saat ini sedang pengerjaan tepi kanan kiri jembatan.
Ia mengatakan, pembelian alat tersebut dikarenakan Jalan KH Mas Mansyur sangat sempit, sehingga tidak bisa menggunakan penyangga yang biasa digunakan untuk Jalan Layang.
”Dengan penyangga dari Taiwan, heavy shoring-nya tidak menutup jalan. Karena kita maunya, pembangunan jalan dilakukan dengan kendaraan bermotor juga bisa jalan dengan lancar,” tuturnya.
Diharapkan pada September atau Oktober, dapat dilakukan finishing pengerjaan fisik seperti pengaspalan jalan, dinding jalan layang dan pengerjaan finishing lainnya.
Pemprov DKI masih berutang kepada Istaka Karya dan belum mau membayar utangnya Rp 24 miliar sebelum audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selesai. Sambil menunggu audit dari BPK, pembangunan jalan layang tetap berjalan.
Seperti diketahui, pengerjaan proyek senilai Rp 840 miliar tersebut dimulai tahun 2010 yang dikerjakan dalam beberapa paket. Paket Casablanca dikerjakan kontraktor PT Wijaya Karya dan PT Wijaya Konstruksi. Lalu paket Dr Satrio dikerjakan PT Adhi Karya.
Sementara paket Mas Mansyur dikerjakan PT Istaka Karya dan PT Sumber Sari dengan subkontraktor PT Nindya Karya. Anggaran penyelesaian JLNT tahun ini dianggarkan dalam pos anggaran Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI dengan total nilai Rp 101,5 miliar.
Dengan rincian pembangunan jalan layang paket KH Mas Mansyur sebesar Rp 64 miliar, Paket Casablanca Rp 2 miliar, Paket Jalan Prof Dr Satrio Rp 21,5 miliar, anggaran pembangunan ramp on off barat Rp 1,5 miliar dan ramp on off timur Rp 12,5 miliar. Bentangan jalan layang di atas Jalan Jenderal Sudirman ini juga cukup panjang yakni mencapai 110 meter, dan tinggi 18 meter.