Yoga Kebingungan di RS Tarakan Sebelum Anaknya Meninggal
Ketidaktahuan akan informasi prosedur yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD Tarakan, Jakarta Pusat,
Editor: Hendra Gunawan
![Yoga Kebingungan di RS Tarakan Sebelum Anaknya Meninggal](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20140311_141822_yoga-sapa-gunawan-49.jpg)
TRIBUNNEWS.COPM, JAKARTA -- Ketidaktahuan akan informasi prosedur yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD Tarakan, Jakarta Pusat, membuat Yoga Sapa Gunawan (49), ayah kandung dari Andre Safa Gunawan (10) yang meninggal karena menderita tumor, Sabtu (8/3/2014).
Padahal pihak RSUD Tarakan sudah memberikan pelayanan di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan dianjurkan untuk dirawat di ruang poli THT RSUD Tarakan. Ketika berbincang dengan Warta Kota di kediamannya, Jalan Kebon Jeruk XI no 38, Taman Sari, Jakarta Barat, Selasa (11/3/2014), pria yang akrab disapa Yoga menceritakan kronologi kejadian ketika berada di RSUD Tarakan.
Kondisi lemah dan tidak mau makan yang dialami oleh almarhum Andre Safa Gunawan membuat Yoga berinisiatif untuk membawanya ke RSUD Tarakan, Sabtu (8/3). Padahal, sejak Rabu (5/3), almarhum sudah dianjurkan oleh Puskesmas Kelurahan Maphar untuk dirujuk ke RSUD Tarakan karena mengalami penyakit radang tenggorokan.
Karena tidak percaya dengan diagnosis yang diberikan oleh pihak Puskesmas Kelurahan Maphar, pada hari yang sama Yoga membawa anaknya untuk berobat di Klinik Maha Karuna. Namun, ternyata hasil diagnosis dari pihak Puskesmas dan Klinik Maha Karuna sama yaitu radang tenggorokan.
"Pada awalnya saya membawa anak saya berobat ke Puskesmas, hari Rabu dan mendapat surat rujukan. Kata dokter Puskesmasnya dibawa ke RSUD Tarakan ke ruang IGD dan langsung mendapatkan pelayanan dengan menunjukkan surat rujukan dari puskesmas," kata Yoga.
Kondisi almarhum setelah dibawa ke Puskesmas dan Klinik Maha Karuna semakin memburuk. Selain mempunyai penyakit turunan asma, radang tenggorokan membuatnya tidak mau makan. Ketika makan, kata Yoga, almarhum selalu muntah. Karena kondisi itulah membuat Yoga bergegas untuk membawa anak keduanya ke RSUD Tarakan pada Sabtu (8/3) sekitar pukul 10.00 WIB.
"Pada hari Sabtunya dia ke warung sudah ngap-ngapan dan pucet. Terus dibawa ke RSUD Tarakan. Saya ambil surat rujukan dan sampai Tarakanj di periksa oleh dokter di IGD. Dokter sana bilangnya gejala tumor dan harus dibawa ke ruang poli THT," kata pria yang mempunyai pekerjaan sehari-hari sebagai juru parkir.
Mendengar suatu hal yang asing didengarnya yaitu ruang poli THT membuat Yoga kebingungan. Dia lebih memilih untuk bertanya kepada salah seorang pihak keamanan terkait bagaimana prosedur untuk bisa dilayani di poli THT. Padahal, dia menginginkan dari ruang IGD, pasien dirawat dengan baik dan tidak dipindah-pindah. Hal ini dikarenakan ketidaktahuan dia akan prosedur membuat dia binggung.
"Saking panik karena anak saya sudah menggigil terus kemudian saya tanya sama sekuriti, dimana ruang poli THT? Setelah itu sekuriti bertanya apakah bapak bawa surat-surat komplit? Dan saya jawab ga bawa dan hanya membawa surat rujukan dari puskesmas. Kemudian, kata satpamnya suruh balik lagi Senen. Karena pusing dan emosi membuat saya pulang aja. Ga ada setengah jam saya di RSUD Tarakan," kata bapak dari dua orang anak itu.
Setelah selama hampir dua jam perjalanan dari RSUD Tarakan ke rumahnya karena macet membuat kondisi sang anak semakin memburuk. Dengan menggunakan bajaj mereka sampai dirumah pada pukul 12.30 WIB. Sesampainya di rumah, almarhum terus mengigil dan dipeluk oleh Yoga. Andre sendiri sempat diberikan susu oleh ayahnya namun dimuntahkan.
"Saya di RSUD Tarakan jam 10.00 WIB, proses setengah jam terus balik ke rumah. Andre sempat minta minum susu, pas empat sendok dia muntah. Kemudian, dia mengigil dan jatuh di pangkuan saya dalam keadaan tidak bernyawa," katanya.
Almarhum sendiri langsung dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Karet Tengsin sekitar pukul 16.00 WIB. Dia sangat menyanyangkan pihak RSUD tidak langsung memberikan pelayanan (di IGD-red) karena kondisi pasien sudah parah. Tapi, malah disuruh ke ruang poli THT.
"Tadi orang RSUD Tarakan dan Dinkes sudah kesini dan mengucapkan belasungkawa. Mereka bertanya soal kronologis kejadian. Setelah itu mereka pulang. Saya ambil hikmahnya saja, agar kejadian ini jangan menimpa kepada masyarakat. Penyakit jangan disepelin oleh Rumah Sakit. Kalau surat-surat bisa menyusul. Jangan menyusahkan masyarakat kecil," tuntasnya.(Bintang Pradewo)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.