Taman Warisan Pak Harto Kini Jadi Lokasi Galian Liar
Yang tersisa hanyalah hamparan luas tanah merah yang pernah menjadi sarang Garuda Raksasa.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR -- Warga Cileungsi, Kabupaten Bogor, sempat bangga karena di wilayahnya berdiri bangunan megah bernama Graha Garuda Tiara Indonesia (GGTI).
Akan tetapi, bangunan berbentuk Garuda Raksasa itu kini telah lenyap. Yang tersisa hanyalah hamparan luas tanah merah yang pernah menjadi 'sarang' Garuda Raksasa.
Lahan bekas Garuda Raksasa seluas 44,6 hektar terletak di Jalan Raya Narogong KM 23, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Saking luasnya, lahan ini masuk ke dalam dua wilayah desa, yakni Desa Dayeuh dan Kelurahan Cileungsi Kidul.
Dibangun Februari 1995, Garuda Raksasa sempat berdiri dengan gagah. Namun, akhir 2013 gedung itu dibongkar oleh pihak yang mengaku sebagai pemiliknya.
Setelah bangunan rata dengan tanah, bekas sarang Garuda Raksasa pun berubah menjadi lahan galian ilegal hingga awal 2015.
Disebut ilegal karena dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Bogor, tidak boleh ada pengerukan tanah di wilayah Cileungsi.
Hanya saja, peraturan itu terbilang longgar. Karena pengerukan tanah baru dihentikan sekitar dua bulan lalu, setelah kedalaman lahan seluas 44,6 hektar itu menyusut empat meter.
Menurut warga sekitar, dua bulan lalu puluhan aparat kepolisian dari Polres Kabupaten Bogor dibantu Satpol PP Kabupaten Bogor menghentikan aktivitas pengerukan tanah di lahan Garuda Raksasa.
Selain kepemilikan lahan yang belum jelas, tindakan itu dilakukan karena melanggar RTRWK Bogor.
Hasil dari penghentian pengerukan itu, empat kendaraan berat yang digunakan mengeruk tanah disita polisi.
Empat operator traktor itu juga diperiksa di kantor polisi. Menurut saksi mata, empat alat berat itu milik perusahaan di Bekasi.
Berdasarkan pengamatan Warta Kota, Rabu (29/4) lalu, tidak ada aktivitas apapun yang tampak di bekas lahan Garuda Raksasa.
Gedung yang dulunya megah kini sudah tak terlihat sama sekali. Hanya ada sebagian kecil tiang pancang beton yang masih tertanam di tanah.
Selebihnya, yang terlihat adalah bekas galian yang teramat luas. Kontur tanah bekas galian tidak beraturan. Sehingga menciptakan danau-danau kecil akibat hujan.
Sampah-sampah juga berserakan di mana-mana. Konon, bila malam hari warga yang entah dari mana membuang sampah begitu saja ke tempat ini. (Gopis Simatupang/Feryanto Hadi)