TransJakarta Cari Sopir Tidak Terlalu Muda dan Tua
PT TransJakarta tidak gegabah dalam merekrut sopir.
Penulis: Adi Suhendi
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT TransJakarta tidak gegabah dalam merekrut sopir.
Ada beberapa tahap seleksi yang harus dilalui serta memenuhi persyaratan tertentu sebelum bisa menjadi sopir TransJakarta.
Direktur Utama PT TransJakarta Antonius Kosasih mengungkapkan pertama yang harus dilalui orang yang ingin menjadi sopir bus TransJakarta harus lolos seleksi administrasi. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam proses administrasi diantaranya harus berkelakuan baik dan bebas narkoba.
"Setelah itu dia harus punya SIM B2 umum. Untuk mendapatkan SIM B2 umum itu harus melewati beberapa tahap. Mulai dari harus dapat SIM A dulu, B1, B2, baru B2 umum. Jadi kalau dia terlalu muda, misalnya umurnya baru 18 sampai 20 tapi sudah dapat SIM B2 umum, kita curiga juga dia dapat SIM-nya dari mana," ungkap Kosasih di Balai Kota, Jakarta, Rabu (24/6/2015).
Dikatakan dia, untuk usia pun menjadi sebuah perhitungan. Pihaknya tidak mau merekrut sopir yang terlalu muda atau terlalu tua. Hal tersebut menjadi sebuah pertimbangan dikarenakan dalam mengemudikan bus butuh fisik yang baik, sehingga harus punya fisik yang segar agar bisa berkonsentrasi dan masa pengabdiannya bisa lama.
"Usia ideal di atas 26 tahun sampai di bawah 46 tahun," kata dia.
Usai tes administrasi baru lah dilakukan tes fisik seperti diminta lari dan sebagainya. Setelah itu baru lah diuji kecakapan dalam membawa bus mulai dari maju, mundur, berputar, serta parkir. Dengan tes praktek tersebut akan mudah diketahui seseorang bisa membawa bus atau tidak.
"Kalau tidak bisa markir kita tidak akan berani terima," katanya.
Setelah itu, baru lah masuk pada psikotes untuk mengetahui kejiwaan seseorang layak atau tidak menjadi sopir bus TransJakarta. Pihaknya harus memastikan betul seseorang bisa mengendalikan emosi atau tidak pada saat membawa bus TransJakarta.
"Sopir tidak boleh gampang emosi kalau ada penumpang marah-marah atau ada mobil lain ngelaksonin pas dia lagi di dalam jalur. Dia juga hanya boleh nyetir dalam kecepatan 50 Km/jam," katanya.
Terakhir baru setelah dianggap lulus tes fisik, psikologi, serta menyetir akan dites warna untuk mengetahui seseorang yang akan menjadi sopir bus TransJakarta buta warna atau tidak.
"Kalau fisiknya bagus, nyetirnya benar tapi buta warna, dia tidak bisa bedain lampu merah, hijau, kuning, kita tidak akan terima," ungkapnya.
Dalam perekrutan sopir, PT TransJakarta bekerja sama dengan lembaga sertifikasi pengemudi LLAJR. Ke depan pihaknya akan bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Transportasi di Ciater milik Kementerian Perhubungan.
"Hal tersebut dilakukan supaya semua sertifikasinya standar," katanya.