Alasan Dakir, Mudik Pakai Sepeda Motor
Dakir mengakui menggunakan motor untuk mudik tidak akan mengeluarkan dana yang besar.
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Amriyono Prakoso
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Meski sudah diimbau pemudik tidak menggunakan sepeda motor namun tetap saja banyak pemudik yang menggunakan kendaraan roda dua ini sebagai pilihan untuk mudik.
Keluarga ini misalnya, Dakir (44) seorang pegawai perusahaan swasta di bilangan Depok, lebih memilih menggunakan motor daripada moda transportasi lainnya. Dakir bersama seorang istri bernama Wiwin (38) dan anaknya Adly Arifin (6) menggunakan motor untuk mencapai kampung halamannya di Tegal, Jawa Tengah.
Dakir mengakui menggunakan motor untuk mudik tidak akan mengeluarkan dana yang besar.
"Biar murah. Terus efisien kalau buat di sana jalan-jalan," ujarnya saat ditemui di Jalan Kalimalang, Bekasi, Selasa (14/7/2015).
Ia mengaku membawa ongkos Rp 200 ribu untuk pulang ke Tegal. Untuk makan, Wiwin telah menyiapkan bekal untuk dimakan sewaktu-waktu.
Seminggu sebelum mudik, Dakir sudah mempersiapkan diri dan kendaraanya untuk dibawa menuju kampung halaman. Ia menjelaskan bahwa motor bebeknya sudah di service dan siap untuk menempuh perjalanan jauh.
"Saya bukan sekali dua kali ini mudik bawa motor. Ini sudah kelima kalinya, jadi saya persiapkan segalanya," tambah Dakir.
Dakir dan istrinya, tidak terlihat membawa banyak barang bawaan. Hanya sebuah tas besar yang berada di depan jok motor dan tas kresek kecil berisi beberapa botol air mineral.
Menurut Wiwin, barang bawaan lainnya sudah dititipkan kepada saudaranya yang menggunakan mobil. Sehingga ia tidak perlu membawa banyak barang.
"Saya takut kalau pakai bambu dibelakang seperti yang lain. Takut gak seimbang nanti jalannya," kata Dakir
Dakir dan istrinya berencana untuk menghabiskan waktu selama enam hari di Tegal. Dirinya berencana untuk mengunjungi seluruh sanak saudaranya yang berada disana.
Namun, sayangnya, Adly anak Dakir yang duduk di depan jok motor tidak dilengkapi dengan helm. Menurut Dakir, anak lelakinya tersebut tidak menyukai memakai helm. Sehingga cukup diberikan kaca mata hitam agar matanya tidak kemasukan debu.
"Sudah saya belikan helm tapi anaknya tidak suka. Katanya tidak ada angin, panas," tambahnya.
Meski begitu, Dakir dan Wiwin akan siap untuk berhenti kapanpun bila Adly mengantuk dan ingin beristirahat.
Menempuh perjalanan sekitar 270 km, dianggap oleh Dakir adalah sebuah perjalanan yang biasa saja. Hal tersebut disebabkan karena waktu yang ada untuk bertemu keluarga hanya ada pada saat lebaran tiba.
"Saya cuma kangen keluarga aja. Ini kesempatan setahun sekali bertemu keluarga. Kapan lagi?" ucap Dakir.