54 Tahun Tak Pernah Dikuras, Kolam Bundaran HI Dipenuhi Lumpur
Tidak heran, selama lima dekade tidak terjamah, saluran air kini penuh lumpur dan sampah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lama tidak tersentuh, terhitung sejak dibangun tanggal 17 Agustus 1961, saluran air di sekitar Monumen Selamat Datang atau biasa dikenal dengan patung Bundaran Hotel Indonesia kini mulai dikuras.
Tidak heran, selama lima dekade tidak terjamah, saluran air kini penuh lumpur dan sampah.
Buruknya kondisi saluran air tersebut seperti yang diungkapkan oleh Kasudin Tata Air Jakarta Pusat, Herning Wahyuningsih.
Dia mengatakan jika saluran air sepanjang 260 meter yang terletak di bawah Bundaran HI, Jalan MH Thamrin, Menteng, Jakarta Pusat itu kini dipenuhi sampah, lumpur dan material bekas.
Akibatnya, saluran air yang memiliki lebar tiga meter sedalam dua meter itu pun tidak dapat beroperasi selayaknya.
Air yang mengalir dari wilayah Kebon Kacang menuju Kali Gresik diketahui lambat tersalurkan, sehingga menyebabkan genangan pada beberapa titik saluran air di permukiman warga dan Jalan Kebon Kacang.
Terkait hal tersebut, pihaknya pun telah memulai pengurasan saluran air mulai dari titik awal Pos Polisi Lalulintas (Pospolantas) mengarah sisi utara Plaza Indonesia sejak sebulan lalu.
Sebanyak 15 orang petugas pun diterjunkan untuk menggali dan mengeruk lumpur serta sampah di sepanjang saluran air.
“Medannya berat, lumpur dalamnya kira-kira setinggi dada orang dewasa karena memang sudah puluhan tahun tak pernah terjamah. Belum lagi soal sampah sama utilitas kayak kabel PLN yang malang melintang, takutnya terkelupas, bisa-bisa kesetrum. Tapi sudah kita cek aman, jadi petugas kami bisa lanjutkan pengurasan," katanya di kantor Wali Kota Jakarta Pusat, Kamis (17/9/2015).
Kekhawatiran pun disampaikannya tidak hanya adanya utilitas, kondisi saluran air yang seluruhnya tertutup rapat pun beresiko terdapat gas metana yang berbahaya bagi manusia.
Karena itu, sebelum dilakukan pengurasan, pihaknya pun menempatkan dua ekor bebek sebagai uji coba.
"Bukannya kejam, tapi itu untuk mengetahui apakah saluran air mengandung gas beracun atau minim oksigen. Ternyata dua jam kita tunggu, bebek nggak ada yang mati, mereka justru berenang kesenangan," ujarnya.
Mengetahui hal tersebut, pihaknya pun memberanikan diri untuk memulai ekspedisi bawah tanah.
Hanya bermodalkan cangkul, pengki, senter dan beberapa karung plastik, petugas mulai menggali dan mengangkat seluruh endapan yang berada di dalam saluran air.
"Kita nggak pake alat khusus, misal tabung oksigen, tapi aman semua. Kita sudah kerjain dari sebulan lalu, kalau liat progresnya sih sebulan lagi bisa selesai. Karena kan memang pasir sama sampah itu banyak, sampah itu sisa banjir di HI waktu tanggul Banjir Kanal Barat di Jalan Latuharhary jebol waktu bulan Januari 2013 lalu," katanya. (Dwi Rizki)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.