Kasur Masuk Terowongan Ciliwung
Kedua terowongan sepanjang 600 meter sudah sampai ke titik arriving shaft atau titik tengah terowongan
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Dua buah jalur terowongan sodetan Sungai Ciliwung Kanal Banjir Timur (KBT) yang berdiameter 3,5 meter sudah rampung 50 persen.
Kedua terowongan sepanjang 600 meter sudah sampai ke titik arriving shaft atau titik tengah terowongan, di Jalan Otista III, Jakarta Timur.
Arriving shaft adalah semacam bak kontrol untuk mengantisipasi sampah benda-benda seperti kasur, kulkas, tempat tidur yang masuk ke torowongan karena terbawa air.
Diakui Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono bahwa fungsi dari arriving shaft selain sebagai titik tengah juga titik pengecekan saluran air.
"Semacam bak pengecekan (bak kontrol) kalau terjadi sumbatan. Bisa saja ada kasur, atau apalah penyumbat yang masuk," ujar Basuki di lokasi proyek, Senin (12/10).
Dari 1,2 km terowongan air yang direncanakan, pengerjaannya sudah mencapai 600 meter.
Artinya, hingga 12 Oktober 2015, line ke-2 terowongan bawah tanah ini sudah tembus pengeborannya dari outlet di Kebon Nanas Kelurahan Cipinang Besar Selatan, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, ke titik temu atau arriving shaft di jalan Otista III, kelurahan Cipinang Cempedak, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
Sementara itu line ke-1 sudah lebih dulu tembus ke arriving shaft di jalan Otista III, Kelurahan Cipinang Cempedak, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur pada bulan Juni 2015 lalu.
Secara keseluruhan kegiatan percepatan pembangunan pengendalian banjir atau sodetan ini akan rampung pada bulan Desember 2016 dan rencananya mulai dioperasikan pada tahun 2017.
Dengan demikian sebagian Jakarta yang kerap dilanda banjir akan teratasi. Warga Jakarta akan merasakan dampak dari keberadaan sodetan itu antara lain berkurangnya daerah banjir di wilayah Ibu Kota Jakarta ini.
Jika proyek pengerjaan sodetan Kali Ciliwung-KBT (Kanal Banjir Timur), telah selesai maka siodetan tersebut akan mampu mengalirkan air dari Ciliwung ke KBT sebesar 60 meterkubik per detik.
"Pada musim penghujan, debit air Kali Ciliwung mencapai 570 meterkubik perdetik. Nantinya kalau sudah rampung akan kita bagi melalui sodetan ke KBT sebanyak 60 meterkubik perdetik," ujar Basuki Hadimuljono, Senin (12/10).
Basuki mengatakan pembuatan saluran sodetan menggunakan teknologi dari Jepang yang serupa dengan pembangunan MRT.
Adapun untuk proyek sodetan itu, pihaknya menganggarkan sebesar Rp 492 miliar.
Selain sodetan, pihaknya tengah mengupayakan normalisasi Kali Ciliwung mulai dari TB Simatupang hingga Manggarai. Nantinya, normalisasi kali akan dilakukan hingga memiliki lebar 35-50 meter.
"Secara keseluruhan proyek yang sedang kita kerjakan dapat menghindarkan Jakarta, khususnya sepanjang aliran Kali Ciliwung bebas banjir pada tahun 2018 mendatang," tutupnya.
Sementara itu, Manager Proyek Pelaksana Sodetan Ciliwung-KBT dari PT WIKA, Ismu Sutopo menambahkan proses pengeboran dua line tersisa sepanjang 600 meter membutuhkan waktu sekitar empat bulan.
Namun sebelum pengeboran dilaksanakan, Ismu menuturkan pihaknya harus membangun driving shaft sebagai tempat menurunkan alat-alat yang dibutuhkan.
"Empat bulan itu hanya pelaksanaan pengeboran saja. Sementara untuk pembangunan driving shaft dibutuhkan waktu enam bulan. Jadi totalnya untuk pengerjaan teknis membutuhkan waktu 10 bulan," ungkapnya. (jhs/suf)