Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Paguyuban Sabilulungan Kenalkan Sejarah Islam Yang Terlupakan

Di antara budaya Indonesia itu juga ada yang sangat terkait dengan nilai-nilai Islam.

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Paguyuban Sabilulungan Kenalkan Sejarah Islam Yang Terlupakan
ISTIMEWA
Paguyuban Sabilulungan di Balai Komando Jalan RA. Fadilah Cijantung Jakarta Timur, (Rabu, 2/12/2015). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia memiliki budaya yang sangat kuat, dan luar biasa banyak. Semua provinsi di Indonesia pun memiliki budaya masing-masing, yang sangat kaya dan beragam. Di antara budaya Indonesia itu juga ada yang sangat terkait dengan nilai-nilai Islam.

Fakta menunjukkan, di antara budaya Indonesia tak bisa dilepaskan dari sejarah masuknya Islam di Indonesia melalui banyak kerajaan.

"Dari semua yang kita dapatkan itu adalah bukti bahwa kebudayaan kita sangat kaya," kata Firda Al Jufri dari komunitas Paguyuban Sabilulungan di Balai Komando Jalan RA. Fadilah Cijantung Jakarta (Rabu, 2/12/2015)

"Kita dapat banyak masukan dari luar negeri bahwa Islam sepertinya hanya milik Arab Saudi atau negara-negara timur tengah karena Al Quran berbahasa Arab. Padahal, Indonesia juga punya catatan sejarah tentang masuknya Islam," katanya.

Bertempat di Balai Komando, Paguyuban Sabilulungan dan komunitas Zainab Revolution menggelar acara Pagelaran Budaya Nusantara dalam Tradisi Bulan Suro dan Shapar.

Di antara rangkaian acara ini adalah pameran foto dokumentasi sejarah Islam nusantara dan pemutaran film-nya; pagelaran budaya tari saman, tabuik, tabot, wali songo, serta penampilan seni musik Padang, Sunda dan Jawa Tengah

Selain itu, akan digelar diskusi tentang sejarah budaya Islam Nusantara dengan menghadirkan pembicara penulis buku Atlas Walisongo yang juga Ketua Lesbumi PB NU Agus Sunyoto; seniman dan budayawan Eros Djarot; serta penulis Sejarah Peradaban Nusantara sekaligus aktivis kebudayaan Sunda Ahmad Y Samantho.

BERITA REKOMENDASI

Firdha menegaskan, pagelaran ini sengaja menampilkan dan mengangkat sejarah panjang Wali Songo yang ternyata punya kaitan ke mana-mana, termasuk hubungannya dengan Syekh Siti Jenar. Syekh Siti Jenar selama ini dinilai oleh sebagian orang sebagai penyebar aliran sesat.

Padahal tentu saja bukan penyebar aliran sesat, melainkan sama saja dengan Walisongo namun cara penyampaiannya saja yang berbeda.

"Walisongo sendiri menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang berbeda-beda, seperti lewat musik, gamelan sunda, dan wayang. Tapi sayang semua itu kita kenal sekarang hanya lewat buku, dan anak-anak kita hanya tahu nama Walisongo, tapi tidak tahu sejarah sebenarnya," ungkap Firdha.

Firdha juga menjelaskan mengapa dalam pagelaran ini ditambil berbagai kebudayaan. Misalnya saja tabot dari Bengkulu, tari saman dari Aceh, dan tabuik dari Sumatera Barat.

"Tradisi itu semua bernafaskan Islam karena dilakukan di bulan asyura dan safar, tapi banyak orang Indonesia yang tidak mengetahuinya. Makanya kita menggalinya," imbuhnya.

"Tujuan kita lewat acara ini adalah menyebarluaskan sejarah yang hampir terlupakan. Sejarah itu tidak punah, tapi tidak diketahui lagi. Bahkan tidak sedikit orang yang tidak tahu sejarah sebenarnya," ungkap Firdha.

Melalui acara ini, Firdha berharap eman-teman yang selaman aktif di media sosial bisa membantu, bukan hanya menyebarluaskan berita soal politik, tapi memberi informasi mengenai sejarah budaya Indonesia yang sangat berharga.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas