Mereka yang Jadi 'Korban' Ahok
Awal 2015 tepatnya 2 Januari 2015 Gubernur DKI Jakarata Basuki Tjahaja Purnama melakukan gebrakannya dengan melakukan mutasi besar-besaran terhadap se
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Adi Suhendi
Bukan wajah sedih yang diperlihatkan Tri Djoko saat dirinya dicopot.
Saat diwawancara para pewarta seusai pelantikan di Balai Agung, Balai Kota, Jakarta, dirinya tersenyum lepas.
Seakan menunjukan dirinya bahagia setelah lepas dari jabatannya.
"Sudah jadi orang bebas ini," katanya.
Tri Djoko tidak sependapat dengan Ahok.
Menurutnya, menyelesaikan permasalahan banjir tidak mudah.
Tri Djoko membeberkan alasan, kenapa dirinya mengundurkan diri.
Pengunduran dirinya, membuat kaget beberapa pihak, termasuk Sekretaris Daerah Saefullah.
"Banyak hal yang menjadi kendala (dalam mengatasi banjir). Pak Ahok mungkin melihatnya simpel, tetapi kenyataan di lapangan enggak. Kalau sudah beda cara pandang, memang diskusinya lain. Seolah-olah kita tidak menjalankan perintah, padahal banyak kendala di lapagan," kata Tri Djoko.
Tri Djoko bukan satu-satunya pejabat yang akhirnya memilih untuk mengundurkan diri.
Sebelumnya ada mantan Kepala Dinas Perindustrian dan Energi DKI Haris Pindratno yang mengundurkan diri saat Ahok menjadi orang nomor satu di Jakarta.
Menurut pemberitaan Kompas.com, Haris mengundurkan diri karena sakit. Uniknya, seminggu sebelum dirinya dicopot Ahok sempat memarahi Haris. Kata Ahok, Haris tidak mampu mengikuti instruksi yang diberikannya.
"Pola kerja bapak ini, sama seperti Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) yang saya ganti. Lebih baik saya buat satu sistem IT untuk mengontrol dan saya suruh Petugas Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) untuk beresin PJU di Jakarta. Jadi, saya tidak butuh Dinas Perindustrian dan Energi lagi," kata Ahok dengan nada tingginya mengomeli Harris.
Ibarat Main Sepak Bola
Ahok mengibaratkan jajaran Pemerintahan Provinsi DKI yang dipimpinnya layaknya tim sepak bola.
Sebuah pertandingan sepak bola berlangsung 90 menit.
Sementara kepemimpinan Ahok berlangsung hingga 2017.
Berarti waktu Ahok memimpin Jakarta tidak lebih dari dua tahun lagi.
Bila perubahan tidak terlihat, tidak dipilihnya saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI jadi taruhannya.
Karenanya, bila mantan Bupati Belitung Timur ini melihat ada bawahannya yang sudah tidak bekerja dengan baik akan distafkan.
Seorang Kepala Dinas, ujar Ahok, diibaratkan seorang pelatih sepak bola.
Sedangkan, Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau anak buah diibaratkan seorang pemain sepak bola.
Kalau timnya sudah tidak bermain dengan baik, maka pelatihnya yang akan dicopot.
2016, Ahok Terus Rombak Jabatan
Meski kebijakannya melakukan 'bongkar pasang' pejabat kerap kali dikritisi, Ahok tidak peduli.
Seusai Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah disahkan, Ahok melangkahkan kakinya keluar ruangan.
Pria yang mengenakan setelan jas, celana bahan, dan sepatu pantopel hitam ini, dengan tegas mengatakan perombakan pejabat di 2016 akan tetap dilakukan.
Ahok membantah, 'bongkar pasang' yang dilakukannya akan mempengaruhi kinerja Pemprov DKI.
Dia beralasan, 'cuci gudang' dilakukannya karena kinerja pejabat tetap harus dievaluasi "Mau tidak mau, kalau yang sudah lamban harus kita ganti," kata Ahok.