Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tahun Depan, Tidak Ada Lagi Metromini Bobrok Melintas di Jakarta

Sebanyak 300 armada Metromini telah dikandangkan semenjak 7 Desember lalu

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Sanusi
zoom-in Tahun Depan, Tidak Ada Lagi Metromini Bobrok Melintas di Jakarta
Tribunnews/Irwan Rismawan
Penumpang menaiki angkutan Metromini di Terminal Blok M, Jakarta Selatan, Senin (21/12/2015). Sejumlah pengemudi Metromini melakukan mogok massal sebagai protes kepada Dinas Perhubungan DKI Jakarta yang merazia dan mengandangkan ratusan unit angkutan bus sedang tersebut karena sudah tak laik jalan. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 300 armada Metromini telah dikandangkan semenjak 7 Desember lalu, Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI merazia bus yang tak layak beroperasi di jalanan Ibu Kota.

Kepala Dishubtrans DKI Andri Yansyah mengatakan, pihaknya akan memaksa pemilik Metromini untuk bergabung dengan Pemerintah Provinsi DKI.

Mulai tahun depan, tidak ada lagi alasan Metromini beroperasi dengan kondisi buruk, bahkan membahayakan bagi warga Jakarta.

"Kalau mereka tidak mau, ya kami tangkap. Ini saja sudah hampir 300 unit sejak 7 Desember lalu," kata Andri Yansyah saat dihubungi, Minggu (27/12/2015).

Andri telah mengajak diskusi pemilik Metro Mini untuk merevitalisasi angkutan umum dengan cara bergabung ke Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja).

Dirinya mengklaim, pekan depan, Metromini dapat bekerjama dengan Kopaja yang telah bergabung ke Pemerintah Provinsi DKI.

"Baru jurusan yang di wilayah Jakarta Timur saja saya dengar. Semua sudah jelas dan tertuang dalam perjanjian kerjasama," imbuhnya.

Berita Rekomendasi

Selain mengubah sistem setoran untuk menghilangkan budaya "ngetem", revitalisasi merupakan bagian dari perbaikan rute dan peremajaan bus.

"Penentuan tarif rupiah per kilometer itu dilakukan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP), semua dihitung dari baut kecil, ban dalam sampai perbaikan mesin. Jadi tidak mungkin harga dan perawatan bus lebih besar ketimbang pendapatan rupah per kilometer," kata dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas