Dahsyatnya Sistem Pertahanan di Kalijodo dan Kekuatan Orang-orang Bugis
Ini cerita tentang sistem pertahanan di kawasan Kalijodo dan kekuatan orang-orang Bugis di sana.
Editor: Agung Budi Santoso
![Dahsyatnya Sistem Pertahanan di Kalijodo dan Kekuatan Orang-orang Bugis](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ratusan-personel-satpol-pp-polisi-tni-di-kaljodo_20160214_141547.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Setelah sempat diramaikan media karena aksi penyerangan Front Pembela Islam pada 2005 silam, di bulan ini, Kalijodo kembali dibicarakan.
Ya, berawal dari rencana penggusuran oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama yang dibalas ancaman perlawanan warga kawasan perjudian tersebut, Kalijodo akhirnya menarik perhatian media.
Dinilai tak memenuhi aturan, Basuki Tjahaya Purnama yang akrab disapa Ahok itu, berencana menertibkan pusat prostitusi dan perjudian yang telah berurat berakar di kawasan Kalijodo.
Kalijodo sebenarnya kawasan tepi sungai yang terletak dekat dengan muara Kalijodo, atau orang Jawa Barat menyebutnya Sungai Ciliwung.
Kawasan ini menjadi pusat keramaian sejak tahun 50-an, bahkan jauh sebelum masa itu telah ramai sebagai pusat pemukiman pedagang dan nelayan.
Ketika perekonomian Jakarta kian pesat, sebagian kawasan Kalijodo pelan-pelan jadi pusat prostitusi dan perjudian.
Hingga kini, kawasan tersebut tetap eksis dan bertahan. Ditengah pesatnya pertumbuhan penduduk Jakarta, Kalijodo seolah mendapat angin segar, terutama karena kian banyaknya pelanggan bisnis esek esek dan judi.
Di samping itu, Kalijodo memiliki sistem “pertahanan” sendiri sehingga sulit dihilangkan.
“Pertahanan” tersebut terutama karena banyaknya kepentingan yang ada di Kalijodo, mulai dari kepentingan pemilik modal, penyedia jasa tempat, preman dan lazimnya di pusat-pusat hiburan, biasanya juga melibatkan oknum aparat.
Kepentingan tersebut menyatu menjadi kekuatan yang mampu mempertahankan keberadaan Kalijodo hingga saat ini.
Namun kekuatan utama di Kalijodo adalah preman. Seperti dilansir oleh beberapa media sebelumnya, di pusat prostitusi dan perjudian liar Kalijodo, terdapat nama-nama besar preman yang menjadi momok.
Krishna Murti, mantan Kapolsek Penjaringan yang kini dikenal sebagai Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya dengan pangkat Komisaris Besar, mengungkapkan dalam sebuah risetnya, bahwa kelompok preman tersebut memiliki pasukan.
Menurutnya, setelah kerusuhan pada tahun 2002, hanya tersisa dua kelompok dominan, yaitu kelompok Daeng Azis (Bugis) dan Mandar.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.