Komunitas Masyarakat Tionghoa Glodok Gelar Karnaval Cap Go Meh
Minggu pagi, 21 Februari 2016, Glodok, persinya di Jalan Gadjah Mada, Jakarta bakal heboh dengan nuansa Oriental
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Minggu pagi, 21 Februari 2016, Glodok, persinya di Jalan Gadjah Mada, Jakarta bakal heboh dengan nuansa Oriental.
Komunitas Masyarakat Tionghoa Glodok akan menggelar Karnaval Cap Go Meh, pukul 15.00 sampai dengan 17.30 WIB. Arak-arakan itu akan menempuh jarak 3,5 km dengan panjang rangkaian 1 km.
Iring-iringan itu, akan diberangkatkan dari halaman LTC Glodok. Perayaan seperti ini terakhir kali diselenggarakan di Glodok pada tahun 1962. Tema karnaval kali ini adalah Nasionalisme dalam Cap Go Meh.
Sebanyak 1.477 peserta sudah konfirmasi untuk berpartisipasi. Akan hadir juga 70 joli yang dikendarai oleh dewa-dewa dari masing-masing klenteng di Glodok, Jabotabek dan beberapa dari pesisir utara Jawa.
Dari jumlah peserta, Karnaval Cap Go Meh ini akan menjadi yang terbesar di Jakarta. Di samping joli Toa Pe Kong, akan hadir juga mobil hias Hanoman, kapal Cheng Ho, wayang Potehi, barongsai, marching band dari Remaja Al-Azhar, ondel-ondel, tanjidor, sisingaan, rebana biang, enggrang, reog Ponorogo, Cici Koko, dan Kabasaran Manado.
Cap Go Meh ini benar-benar menjadi atraksi yang penting buat pariwisata Jakarta dan nasional. Apalagi jika karnaval ini menjadi agenda tahunan yang terprogram di Kementerian Pariwisata RI. Cap Go Meh Glodok itu terus dipromosikan oleh Kemenpar.
Kawasan Glodok dan Petak Sembilan sering disebut sebagai Cina Town Jakarta, yang sudah ditempati masyarakat Tionghoa sejak Jakarta masih bernama Jayakarta.
Masyarakat ini adalah pendukung utama karnaval Cap Go Meh Glodok, dengan motor utama Suhu Tjia Bun Kiat.
"Kami siap menggelar berbagai acara seni dan budaya dalam menyambut Imlek dan Cap Go Meh. Ini merupakan salah satu upaya melestarikan seni dan budaya di kawasan Glodok. Perayaan Cap Go Meh 2016 ini juga merupakan bentuk kecintaan komunitas masyarakat Tionghoa terhadap budaya Tionghoa yang juga merupakan salah satu kebudayaan nusantara,” jelas Charles Honoris, penanggung jawab acara ini.
Sesuai dengan shio tahun ini, yaitu monyet api, panpel memilih Hanoman sebagai maskot karnaval. Hanoman adalah pahlawan yang berani, taktis dan mempunyai leadership yang hebat.
“Kami tampilkan budaya Peranakan yang merupakan hasil inkultarasi budaya Cina dengan budaya Nusantara selama berabad-abad, yang meliputi dunia kuliner, pakaian, seni pertunjukan maupun adat istiadat. Pilihan maskot Hanoman adalah salah satu upaya untuk menafsirkan Tahun Monyet dalam konteks Nusantara," papar Jay Wijayanto, kurator karnaval ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.