Cerita Anak Yatim dari Panti Asuhan di Rawajati yang Akan Digusur Pemprov DKI
Bisa jadi, pekan ini menjadi pekan terakhir bagi 30-an anak itu menginjakan kaki di panti tersebut.
Editor: Hasanudin Aco
Meskipun bangunan panti sederhana, tak sedikit anak asuh di panti ini mampu bersaing dan menduduki rangking 10 besar di kelas.
Sebut saja Nurhayati yang mendapat rangking 6 di SMP Wali Songo di Kalibata.
Ada juga Feri yang duduk di bangku SMP Pasar Minggu dan meraih rangking 4 dan Nurhayat, siswa SMA Wali Songo, yang mendapat rangking 8 di sekolahnhya.
Pemilik panti tersebut, Muhamad Furqon, mengatakan bahwa banyak anak asuhannya yang meraih rangking di sekolah masing-masing.
"Selain yang saya sebutin tadi banyak, setiap tahun ada yang rangking. Saya mendorong mereka agar meningkatkan rangkingnya terus," ujar Furqon.
Namun, para anak asuhnya itu menjadi gelisah dengan kebijakan pemerintah yang berniat menggusur kawasan Rawajati.
Ia tak punya pilihan selain memindahkan para anak asuhnya ke tempat baru di kawasan Cililitan Jakarta Timur.
"Kita mau lawan juga bagaimana, namanya pemerintah," ujar Furqon.
Namun, lanjut dia, kondisi bangunan yang bakal menjadi rumah baru bagi anak-anak panti asuhan di Cililitan itu masih belum layak.
Furqon masih berharap pemerintah memberikan bantuan berupa tempat pengganti kalau jadi menggusur panti asuhannya itu.
"Kami berharap pemerintah memberikan penggantian tempat yang layak," ujar Furqon.
Sejak didirikan pada 2003, panti asuhan tersebut rata-rata punya anak asuh sekitar 15 orang per tahun.
Sebagian besar ditampung hingga duduk di bangku SMA. Selanjutnya, mereka akan dilepas.
Anak asuh ini berasal dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Bekasi, dan Banten.
Rata-rata anak yang dibina panti asuhan ini adalah mereka yang yatim, piatu, atau keduanya. Kegiatan operasional panti mengandalkan bantuan donatur perorangan.
Penulis: Robertus Belarminus