Gagal Rampas Senjata Petugas di Penjarahan Penjaringan, Kelompok Abu Nusaibah Bergeser ke DPR
Usai aksi bentrok pecah di depan Istana pada 4 November 2016 malam, di tempat berbeda terjadi penjarahan di minimarket
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beragam cara ditempuh sembilan teroris kelompok Abu Nusaibah yang ditangkap Densus 88 di Bekasi dan Jakarta demi bisa menyusup aksi 4 November 2016 lalu untuk bisa merampas senjata petugas.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada sembilan tersangka yang kini ditahan di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, ternyata mereka membagi dua kelompok untuk beraksi di penjarahan Penjaringan dan DPR MPR.
Seperti diketahui, usai aksi bentrok pecah di depan Istana pada 4 November 2016 malam, di tempat berbeda terjadi penjarahan di minimarket, Penjaringan, Jakarta Utara.
Selanjutnya, massa dari istana bergeser ke DPR dan MPR sebagian dari mereka ada yang menginap dan bertahan hingga Sabtu 5 November 2016 dan akhirnya membubarkan diri.
Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar mengatakan setelah terjadi bentrok antara massa dengan petugas, tersangka Abu Nusaibah memerintahkan Wandi Sopandi alias Abu usama untuk mengumpulkan kelompok Hawariyun kumpul di sebuah masjid di Menteng, Jakarta Pusat.
Selanjutnya berturut-turut datanglah tersangka teroris yang lain yakni Wandi Sopandi, Dimas Adi Saputra, Wahyu Widada, Ibnu Aji Maulana, Zubair, Reno Suhartono, Fuad Zakir Bani, dan lainnya.
Hingga pukul 20.00 WIB, mereka berkumpul di halaman Mesjid sementara di dalam Mesjid ada
Abu Nusibah, Samsudin Uba, dan Ibnu Aji Maulana.
Pukul 20.30 WIB, Abu Nusaibah keluar dari dalam Mesjid ke Halaman Mesjid, Kemudian memerintahkan Wandi Sopandi untuk membagi dua kelompok.
Kelompok pertama dipimpin oleh Abu Fatir bergerak ke rusuh di Penjaringan. Kelompok kedua dipimpin Abu Nusaibah ke DPR.
"Tujuan mereka jelas berhadapan langsung dengan aparat keamanan dalam chaos. Setelah itu mencari kelengahan aparat keamanan untuk merebut senpi atau apabila ada senjata yang jatuh segera ambil," beber Boy Rafli Amar, Senin (28/11/2016).
Kemudian berdasarkan penuturan dari tersangka Dimas, saat sampai di Penjaringan, dia tidak bergabung dengan massa, melainkan langsung menyusup ke barisan di belakang polisi.
"Dimas ini mencari kelengahan aparat. Namun bentrok sudah berhasil di kendalikan oleh aparat kemanan. Sehingga kemudian, kelompok 1 pimpinan Abu Fatir yang di penjaringan berpindah menuju ke DPR bergabung bersama massa," terang jenderal bintang dua itu.
Boy Rafli Amar menambahkan sembilan teroris ini mereka tidak ikut demo 4 November, melainkan bergerak dari rumah masing-masing ke masjid di Menteng. Jika terjadi rusuh, baru mereka bergabung di aksi demo.
"Pengakuan mereka, mereka bergerak berkumpul di Mesjid dari rumah masing-masing, tidak ikut demo disiang harinya, karena mereka akan memanfaatkan jika situasi rusuh," tegasnya.