Aksi 'Kita Indonesia' Berakhir Berantakan, Plt Gubernur Berikan Surat Peringatan Tertulis
Penyelenggara aksi sebelumnya sudah menjanjikan bahwa mereka mengenakan pakaian serba putih dan tidak ada atribut politik.
Editor: Hendra Gunawan
Apabila akan digunakan untuk kegiatan kepentingan pelayanan publik lainnya harus menginformasikan terlebih dahulu kepada manajemen Transjakarta untuk bisa di-review penggunaannya.
"Sanksi kepada operator atas setiap pelanggaran yang dilakukan. Mulai dari denda, sanksi administratif dan yang terberat pemutusan kerja sama kedua belah pihak. Kami akan memanggil mereka untuk tahu lebih detail kejadian ini, agar bisa mendapatkan informasi yang berimbang," katanya.
Berantakan
Adapun Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Isnawa Adji menyatakan bahwa aksi Kita Indonesia, berantakan. Pasalnya sampah berantakan di mana-mana dan tidak ada peserta aksi yang membantu memungut sampah.
"Kalau ini memang (sampah -Red) berantakan di mana-mana. Saran saya, kepanitiaan manapun kalau pengerahan massa atau ada giat harus juga tanggung jawab dengan sampahnya," katanya. Akibat aksi kemarin, terdapat 44 ton sampah yang berserakan.
Walhi kecewa
Atas aksi Kita Indonesia itu, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta sebagai salah satu lembaga pencetus lahirnya CFD di DKI Jakarta, juga merasa sangat kecewa.
Pasalnya fungsi kegiatan CFD menjadi panggung arena politik oleh beberapa partai politik yang melakukan aksinya.
"CFD yang seharusnya digunakan untuk kegiatan lingkungan hidup, olahraga, seni dan budaya. Justru dicemari oleh aktifitas politik beberapa partai. Hal ini jelas jelas melanggar Perda 12 tahun 2016," kaya Zulpriadi, Manager Program dan Kampanye WALHI Jakarta.
Kebhinekaan
Sekretaris panitia aksi 'Kita Indonesia', Icky Nanzel, menjelaskan bahwa parade bertajuk 'Kita Indonesia' menyerukan kebhinekaan bangsa.
Tujuan parade ini adalah mengawal rasa kebangsaan sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Bahwa kita beragam, kita Indonesia," kata Icky.
Icky mengaku kegiatan itu tidak bertendensi politis, meskipun diprakarsai tiga partai politik, yaitu Partai Golkar, Partai Nasdem dan Partai Persatuan Indonesia (PPP). "Ini hanya mengeluarkan rasa senang dan gembira, semua bercampur baur," kata dia.