Aksi ''Kita Indonesia'' di Area Car Free Day Dinilai Merampas Kebhinekaan
Salah seorang penggagas CFD, Karya Ersada mengatakan selama ini justru CFD-lah yang menciptakan kebhinekaan di masyarakat.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para penggagas car free day atau hari bebas kendaraan bermotor di sepanjang Jalan Sudirman dan Thamrin menilai aksi "Kita Indonesia" justru merampas kebhinekaan yang sudah terbangun di car free day (CFD).
Salah seorang penggagas CFD, Karya Ersada mengatakan selama ini justru CFD-lah yang menciptakan kebhinekaan di masyarakat.
"Berkat CFD-lah terwujudnya kebhinekaan. Setiap minggu, setiap kota melakukan CFD. Semua orang berkumpul. Itu adalah momen silaturahmi. Tapi semua itu dirampas," kata Karya saat jumpa pers di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (5/12/2016).
Baca: Kapolri Izinkan Aksi 412 di Bundaran HI Karena untuk Parade Budaya, Ternyata Ada Atribut Parpol
Aksi "Kita Indonesia" yang digelar pada Minggu kemarin terpantau dipenuhi atribut-atribut partai politik.
Padahal pada Peraturan Gubernur Nomor 12 Tahun 2016 dinyatakan bahwa kegiatan politik tidak boleh digelar di CFD.
Menurut Karya, hal lain yang juga disoroti pihaknya adalah sejumlah tindakan yang dinilai melanggar Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian pencemaran udara. Indikatornya adalah penempatan panggung di Bundaran HI yang harusnya steril; penggunaan genset; penggunaan sound system melebihi standar saat CFD; pemblokiran busway; serta tidak adanya pengelolaan sampah dan pembiaran terhadap kerusakan taman.
Baca: Anies: Jangan Terulang Lagi, CFD Digunakan untuk Aktivitas Politik
Karena itu, Karya menyatakan pihaknya meminta agar para tokoh nasional yang terlibat dalam aksi itu untuk segera meminta maaf. Sorotan terutama ditujukannya terhadap Ketua Umum Nasdem Surya Paloh.
"Surya Paloh mengatakan apalah artinya CFD. Surya Paloh mengecilkan CFD. Semua dipertonjolkan aksi kebhinekaan. Semua aturan dilanggar atas nama (aksi) Kita Indonesia," ucap Karya.
Penulis: Alsadad Rudi