Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Makam Tanpa Nama di Pondok Ranggon, Ada yang Berbeda dari Liang Lahat Lainnya

Ketika ada jenazah datang, liang sudah siap. Namun, ada yang berbeda dari liat kubur para tunawan ini.

Editor: Rendy Sadikin
zoom-in Kisah Makam Tanpa Nama di Pondok Ranggon, Ada yang Berbeda dari Liang Lahat Lainnya
KOMPAS.com/Sheila Respati
Blok makam khusus jenazah-jenazah tanpa identitas di TPU Pondok Ranggon. 

Sebagai nisan, tertancap sebuah papan bertuliskan “tanpa nama”, “tidak dikenal”, atau “Mr X”, disertai dengan umur dan nomor registrasi jenazah.

Sebagian papan bertuliskan nama, yang bukan nama lengkap. Mungkin juga bukan nama yang diberikan oleh orang tua mereka saat lahir.

Hanya panggilan akrab yang biasa disebut untuk memanggil semasa hidup. Ada juga makam yang hanya ditandai dengan sebatang bambu atau potongan kayu sembarang.

Berbaring di bawah gundukkan tanah tersebut, mereka yang bisa jadi adalah korban tragedi yang membuat fisiknya tidak lagi dikenali, tunawisma yang tidak punya sanak keluarga, penghuni panti sosial, napi atau residivis.

Bisa jadi juga jenazah yang ditemukan polisi di jalan dan tidak ada sanak keluarga yang mengakuinya.

Andi menjelaskan TPU Pondok Ranggon menyediakan lahan seluas 2 hektare lebih untuk pemakaman tunawan.

Mereka dimakamkan dengan layak. Dimandikan, dikafani, dan diberi peti. Kemudian dimakamkan dengan prosesi yang benar.

Berita Rekomendasi

Namun sayang, seusai dimakamkan perawatan makam mereka sangat minim.

“Untuk perawatan sangat minim. Nyaris tidak ada sepertinya anggaran khusus untuk itu. Tidak tahu kesalahannya di mana. Makanya kasihan,” ujar pria yang sudah bertugas di TPU Pondok Ranggon sejak tahun 2012 tersebut.

Liang satu meter dan nisan seadanya

Untuk berjaga-jaga, para PHL penggali kubur di TPU Pondok Ranggon biasanya menyediakan sepuluh liang lahat untuk memakamkan para tunawan.

Ketika ada jenazah datang, liang sudah siap. Namun, ada yang berbeda dari liat kubur para tunawan ini.

“Hanya satu meter dalamnya. Kalau makam umum kan 1, 80 meter. Terus juga tidak ada rumput yang ditanam di atas makam. Jadi kalau hujan tanahnya longsor, karena tidak ada akar rumput yang menahan. Kalau air masuk suka bau jenazah di dalamnya. Harus kita rapihin lagi,” kata Imang Maulana yang sudah berprofesi sebagai penggali kubur di TPU Pondok Ranggon sejak 1999.

Nisan juga dibuat ala kadarnya. Ada yang memanfaatkan sisa kayu dari peti mati mereka, tongkat kayu yang ditemukan sembarang, atau bahkan sebongkah batu.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas