Elektabilitas Tiga Pasangan Ketat, Pilkada DKI Diprediksi Dua Putaran
Pilkada DKI Jakarta diprediksi berlangsung selama dua putaran. Mengingat belum ada elektabilitas pasangan calon
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pilkada DKI Jakarta diprediksi berlangsung selama dua putaran. Mengingat belum ada elektabilitas pasangan calon (Paslon) yang belum memenuhi syarat 50% plus 1.
Demikian dikatakan Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago melalui pesan singkat, Minggu (12/2/2017).
"Pertarungan ketiga paslon sangat kompetitif dan belum dapat dipastikan siapa yang paling berpeluang menang," kata Pangi.
Pangi menuturkan sejumlah survei menampilkan pasangan Agus-Sylvi, Ahok-Djarot dan Anies-Sandi mempunyai selisih yang tidak terlalu signifikan bahkan beberapa berada di bawah margin of error survey, serta masih adanya swing voter yang dapat menentukan pemenang putaran pertama.
"Debat kemarin menunjukkan performa ketiga kandidat yang relatif bagus dan menampilkan final debate yang menarik, tak lupa masing-masing pasangan calon pun dapat menangkis dan menyerang balik tepat pada sasaran," kata Pangi.
Pangi menilai Agus dan Sylvi tampil lebih bagus, kompak dan makin meyakinkan publik bahwa mereka mampu memimpin Ibukota. Saat Ahok mengatakan pasangan calon lain tidak punya program yang jelas, Agus dapat menyerang balik bahwa tidak ada program-program baru yang ditawarkan Ahok.
"Agus-Silvy mengkritik soal kekerasan verbal yang pernah dilakukan Ahok pada perempuan serta tidak adanya goodwill, Agus mengatakan pentingnya goodwill dalam pemerintahan dan itulah yang akan dia terapkan untuk memperbaiki Ibukota," kata Pangi.
Uniknya, kata Pangi, saat Ahok diserang soal kekerasan verbal, Djarot yang menjawabnya bahwa Mantan Bupati Belitung Timur itu telah berubah menjadi seorang Basuki dan mempertegas bahwa mereka selama ini anti korupsi.
"Tampak Djarot berusaha meyakinkan publik bahwa Ahok sudah berubah dan mereka bersih, berusaha menampik isu yang selama ini berkembang. Dalam memaparkan Ahok dan Djarot kembali ke jurus lama tentang pengalaman dan cerita-cerita personal sebagai incumbent," ujar Pangi.
Sedangkan Anies dan Sandi, kata Pangi, seperti biasa bicara tentang data dan fakta ibukota. Anies dari awal debat tampak sudah siap dengan foto dan data yang dibawa ke panggung debat
"Data yang berisi potret Jakarta berupa kelemahan-kelemahan kerja incumbent yang akan mereka perbaiki, serta program unggulannya OK OCE," kata Pangi.
Pangi menilai debat final pilkada berlangsung sangat alot dan dinamis. Namun yang perlu diingat bagi ketiga pasangan calon beserta tim-nya adalah pesan ketua KPU DKI Sumarno saat pembukaan debat.
"Bahwa jangan menggoda KPU karena KPU bukan tukang balon yang bisa menggelembungkan suara, bukan pula tukang timbang yang bisa menaik-turunkan suara. Semoga pemilu tanggal 15 Februari nanti berlangsung dengan aman, damai, jujur dan demokratis," kata Pangi.