Polisi: Dua Sketsa Terduga Pelaku Penyerangan Novel Baswedan Telah Rampung
Polisi telah merampungkan dua sketsa terduga pelaku penyerangan terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel baswedan
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polisi telah merampungkan dua sketsa terduga pelaku penyerangan terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan, dua wajah sketsa dari tiga sketsa sudah rampung.
Sketsa berdasarkan keterangan dari saksi-saksi yang melihat orang mencurigakan sebelum Novel disiram dengan air keras atau cairan yang mengandung asam sulfat pada Selasa 11 April 2017 lalu.
Saksi bernama Eko Julianto (26), yang salat bersama Novel di Masjid Al Ihsan, di Jalan Deposito, Pesanggrahan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Kemudian, seorang ustaz bernama Beni, dan dari pihak keluarga Novel.
"Jadi untuk sketsa wajah, baru jadi dua, yang satu belum. Itu kan' kesaksian dari saksi. Ada Pak Eko, ada Ustaz Beni, lalu dari keluarga Novel," ucap Argo di Koja, Jakarta Utara, Senin (31/7/2017).
Saksi-saksi itu, yang melihat beberapa orang mencurigakan di sekitar Masjid Al Ihsan, kemudian orang yang mendatangi kediaman Novel dengan mengaku hendak membeli gamis, dan orang tak dikenal yang mengambil wudhu saat Salat Subuh di Masjid Al Ihsan.
"Kan' enam hari sebelum kejadian, ada yang menanyakan baju gamis, itu yang akan kami tanyakan. Kan' belum dipastikan itu pelaku atau bukan. Lalu yang kedua ada orang tak dikenal di tempat wudhu," kata Argo.
Polisi masih mencari orang-orang yang sesuai dengan dua sketsa yang telah rampung. Mereka akan dimintai keterangan, kemudian dicek alibinya saat kejadian dan beberapa hari sebelum kejadian.
"Kalau dapat orangnya kami cek, dia kemana saja H-1 dan H-2," ujar Argo.
Dua sketsa yang dibuat berdasar keterangan saksi memiliki wajah berbeda. Terutama dengan empat orang terduga pelaku yang pernah dimintai keterangan oleh polisi. Mereka adalah Mukhlis, Hasan, Ahmad Lestaluhu, dan Niko Panji Tirtayasa.
"Bukan. Beda lagi," ujar Argo.