Penembak Petasan Maut di Stadion Patriot Candrabhaga Hanya Bisa Minta Maaf
"Saat ditangkap, ARP masih menyimpan satu hand flare yang belum digunakan dan mengaku membelinya secara online,"
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Pelaku penembak petasan atau rocket flare di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, usaipertandingan antara Tim Nasional Indonesia dan Fiji, Sabtu (2/9/2017) ditangkap kepolisian.
Pelakunya berinisial ARP (25).
Akibat kejadian tersebut seorang suporter Tim Nasional Indonesia, Catur Yuliantono, meninggal dunia terkena rocket flare yang ditembakan ARP.
Pelaku ditangkap di kediamannya di wilayah Kota Bekasi, Senin (4/9/2017) sekitar pukul 00.30 WIB.
ARP merupakan pegawai swasta, warga Cimuning, Mustika Jaya, Kota Bekasi.
Baca: Sering Berganti-ganti Mobil, Tersangka Pembunuh PNS Cantik Tancap Gas Saat Hari Kejadian
"Saat ditangkap, ARP masih menyimpan satu hand flare yang belum digunakan dan mengaku membelinya secara online," ujar Kapolres Metro Bekasi Kota Kombes Hero Bachtiar di Mapolres Metro Bekasi, Senin (4/9/2017).
ARP mengaku menyalakan petasan karena euforia atau kegembiraan sesaat.
Dia yang duduk di tribun selatan bernomor 17 D mengaku tak berniat menembakkan rocket flare ke arah Catur yang duduk di tribun timur bernomor 12 B.
ARP berniat melepaskan petasan tersebut ke atas lapangan sepak bola.
Namun, secara tiba-tiba petasan tersebut terlepas dan mengarah ke Catur.
Rocket flare tersebut jatuh tepat pada bagian mata kiri Catur dan bunga api jatuh di pakaiannya.
Catur menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Berdasarkan keterangan Hero, ARP mengaku menyalakan hand flare terlebih dulu, baru menyalakan rocket flare, usai pertandingan.
Baca: Sikap PNS Cantik Diduga Jadi Pemicu Sang Suami Tega Menghabisinya
"Kalau hand flare, api yang ditimbulkan tidak lari ke mana-mana. Setelah padam, yang kedua kali tersangka menghidupkan lagi rocket flare dan ternyata melesat," kata dia.
Kini, ARP hanya bisa meminta maaf kepada keluarga korban dan seluruh suporter.
"Saya minta maaf kepada keluarga korban dan seluruh suporter Timnas Indonesia," ujar ARP.
Polisi pun mengakui lalai dengan kejadian tersebut.
Hero mengatakan, ketika kejadian, ARP membawa petasan di dalam tasnya, namun tidak terdeteksi oleh polisi saat melakukan pemeriksaan.
Hal tersebut diakui Hero merupakan kelalaian dari anggotanya yang seharusnya petasan di antaranya hand flare dan rocket flare tidak dapat dipergunakan di dalam stadion.
Baca: Pencuri Santroni Rumah Pensiunan PNS, Perhiasan Hingga Uang Puluhan Juta Raib
"Saya akui ada kelengahan dari aparat kami dalam melakukan penjagaan kemarin. Pemeriksaan mungkin kurang detail. Penonton berdatangan hingga tidak melakukan check dan re-check lagi," kata Hero.
Kesalahan dalam mengelola keamanan yang dilakukan polisi ini akan diusut oleh Hero dan memberikan saksi secara internal.
Dia mengatakan akan mencari siapa saja anggota yang menjaga di pintu tempat ARP masuk ke stadion.
Keamanan stadion
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi meminta keamanan Stadion Patriot Candrabhaga Kota Bekasi ditingkatkan usai kejadian pelemparan petasan yang menyebabkan korban tewas.
"Saya prihatin, ini menjadi catatan. Stadion itu dibangun untuk kepentingan masyarakat, di saat terjadi sesuatu dalam proses pertandingan itu, bukan stadionnya yang salah, tetapi pelaksanaannya, yaitu panitia dan keamanannya. Makanya besok harus selektif," kata Rahmat.
Menurut dia, hal ini harus dievaluasi untuk menjadi pembelajaran.
Sebab, penonton sedianya dilarang membawa alat atau sesuatu yang dapat membahayakan keselamatan orang lain, sehingga diharapkan pengelola stadion mengecek secara detil barang apa saja yang dibawa para penonton.
Penulis: Anggita Muslimah Maulidya Prahara Senja
Berita ini sudah dimuat di Kompas.com dengan judul: Penyesalan Penembak Petasan Maut di Stadion Patriot Candrabhaga