Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dari 12 Cabang, Hanya Satu Sakit Mitra Keluarga yang Kerja Sama dengan BPJS Kesehatan

Direktur Utama RS Mitra Keluarga dr Fransisca D Permatasari menyatakan, dari 12 cabang, baru satu yang terdaftar bekerja sama dengan BPJS.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Dari 12 Cabang, Hanya Satu Sakit Mitra Keluarga yang Kerja Sama dengan BPJS Kesehatan
Warta Kota/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Direktur RS Mitra Keluarga Francisca D Permatasari, memberikan keterangan kepada wartawan terkait meninggalnya Bayi Debora di Kantor Dinkes DKI Jakarta, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (11/9/2017). Dinas Kesehatan DKI Jakarta memanggil pihak RS Mitra Keluarga, Jakarta Barat, terkait meninggalnya bayi Tiara Debora Simanjorang (4 Bulan) akibat terlambat mendapat pertolongan. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama RS Mitra Keluarga dr Fransisca D Permatasari menyatakan, dari 12 cabang, baru satu rumah sakit pihaknya yang terdaftar bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

"Jadi saat ini kami ada 12, yang bekerja sama dengan BPJS baru satu," ungkap Fransisca di Kantor Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Senin (11/9/2017).

Ia menyampaikan, pihaknya akan mengurus administrasi, agar satu per satu cabang RS Mitra Keluarga bisa mengakomodasi pasien yang menggunakan fasilitas BPJS.

"Kami sedang proses, jadi nanti rencananya berurutan. Sebenarnya itu kan ada prosesnya. Semoga nanti ada yang kedua dan ada dua lagi. Kami ikuti apa yang dilakukan oleh pemerintah," kata Fransisca.

Ia mengaku, RS Mitra Keluarga Kalideres saat ini sedang memasuki proses menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan.

Namun, lantaran terkendala beberapa hal, pihaknya saat ini belum bisa melaksanakan hal tersebut secara menyeluruh.

Terkait dugaan penolakan untuk merawat Debora di ruang PICU, Francisca menyatakan untuk bisa di rawat di ruang PICU, membutuhkan biaya yang tak sedikit.

Berita Rekomendasi

"Kami tidak pernah menolak pasien. Bahwa yang dimaksud itu sudah dilakukan pertolongan. Sebenarnya kami menyadari di ruang khusus memerlukan biaya besar, sehingga kami memikirkan efektivitas dan efisiensi. Di ruang khusus memerlukan waktu yang cukup lama. Kalau dia pakai BPJS, (biayanya) ringan, kalau di swasta peralatan dan fasilitas pasti memang jauh di atas RS biasa," paparnya. (Wartakotalive.com, Rangga Baskoro)

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas