Ingin Bertemu Jokowi, Penganiaya yang Tewaskan Ustaz di Bandung Tak Mau Dibui
Asep Maftuh alias Encas (45), pelaku pembunuhan Komandan Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis), Ustaz HR Prawoto (40), menolak digiring k
Penulis: Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Asep Maftuh alias Encas (45), pelaku pembunuhan Komandan Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis), Ustaz HR Prawoto (40), menolak digiring kembali ke bui.
Saat aparat kepolisian dan dokter kesehatan jiwa menjelaskan keterangan saksi, pelaku, yang mengenakan seragam jingga tahanan, hanya diam menunduk di ruangan tersebut.
Baca: Jalur ke Puncak Ditutup Setelah Longsor Tutup Jalan di Beberapa Titik
Namun ketika hendak digiring, ia mengatakan ingin bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Enggak mau, entar dulu, kan saya sudah bilang, pengin ada Pak Presiden, Pak Jokowi di sini," ujar Encas.
Dalam video yang diunggah pengguna akun Facebook Arie Permana Lodra, Jumat (2/2/2018), membeberkan sejumlah kejanggalan seputar kehidupan tersangka.
Salah satunya mengenai tempat tinggal tersangka. Menurut informasi yang beredar rumahnya tidak memiliki pintu, jendela, bahkan barang apa pun, termasuk tempat tidur.
Meski pelaku disebutkan biasa menjalankan salat, ia terkadang berperilaku aneh.
"Kalau ada aparat, normal dia," kata suara pria di balik kamera.
"Kalau kita tanya kadang-kadang normal ya," ucap suara lain, yang ditengarai adalah dokter kesehatan jiwa, RS Sartika Asih dr Leonny Widjadja, yang juga berada di ruangan tersebut.
Melansir Tribun Jabar, Jumat (2/2/2018), dari pemeriksaan tahap awal, pelaku diduga mengalami gangguan kepribadian.
Baca: Fariz RM: Yockie Lebih Dari Sekadar Tokoh Musik
"Hasil wawancara dengan sejumlah warga yang tinggal dekat serta keluarga menyebutkan yang bersangkutan seringkali mengamuk jika ada keinginan yang tidak dipenuhi. Prilakunya juga kurang waras. Pemeriksaan sementara diduga mengalami gangguan kepribadian," ujar Leonny di Mapolrestabes Bandung, Jumat (2/2/2018).
"Saya baru lihat yang bersangkutan hari ini jadi belum terlalu intens pemeriksaannya. Pemeriksaan awal yang bersangkutan tidak menderita gangguan jiwa berat. Tapi kami perlu waktu 14 hari untuk observasi lebih lanjut," tambah Leonny.
Diketahui, Komandan Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis), Ustaz HR Prawoto (40) meregang nyawa setelah dianiaya oleh Asep Maftuh, tetangganya, Kamis (1/2/2018) sekitar pukul 07.00 WIB.
Peristiwa tersebut terjadi di rumah korban, di Cigondewah, Blok Sawah, RT 1/3, Kelurahan Cigondewah Kidul, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung, Jawa Barat.
Kejadian bermula ketika korban menegur pelaku lantaran rumahnya terus digedor.
Emosi pelaku pun tersulut lalu mengejar korban sambil membawa potongan pipa besi.
Nahas, korban terjatuh dan seketika diserang oleh pelaku.
"Pelaku memukuli korban beberapa kali hingga korban luka patah tangan kiri dan luka terbuka di kepala. Korban langsung dibawa ke RS Santosa Kopo dan meninggal dunia," kata Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Hendro Pandowo.
"Pelaku diduga mengalami depresi dan sementara dilakukan observasi di RS Jiwa Cisarua. Pelaku sudah ditangkap," lanjut Hendro.
Seorang tetangga, Agus Solihin (50) mengaku sempat melihat keributan sebelum korban dipukul tiga kali di bagian kepala oleh pelaku.
Sebelum korban dikejar-kejar, Agus mengaku bahwa pelaku terlihat merusak dinding rumah korban yang terbuat dari triplek menggunakan linggis.
"Saya lihat Pak Ustaz lari-lari sambil berteriak minta tolong. Ternyata di belakangnya seorang pria mengejarnya sambil membawa linggis," kata Agus.
"Saya lihat kepalanya berdarah, saya langsung menahan pelaku menggunakan tangan saya, dan pelaku tidak ada perlawanan," tambah Agus.
Menurut penuturannya, pelaku kerap berperilaku aneh sejak lima bulan terakhir.
"Encas itu pernah membakar barang-barang di dalam rumahnya dan merobohkan rumahnya sendiri. Kejadian itu dilakukannya sekira sebulan lalu," papar Agus.
Seorang tetangga yang lain, Nur Tarbiyah (32), menyebutkan pelaku merupakan pengangguran yang kerap berada di dalam rumah dan tinggal seorang diri setelah ditinggalkan dua istrinya.
"Istri yang pertama pisah karena enggak tahan dengan perilakunya. Istri yang kedua juga minggat dari rumah," kata Nur.
Ia juga diduga menyimpan dendam kepada korban lantaran gundukan yang ia buat di dekat rumahnya pernah diratakan korban.
"Dekat rumahnya tanah dibuat tinggi gundukannya. Sekitar sebulan yang lalu waktu itu membuatnya. Terus sama pak Prawoto dan warga lainnya diratain tanah tersebut. Terus pelaku sepertinya tidak terima dan dendam," lanjut Nur.
Sedangkan menurut kesaksian Onan (38), yang juga tetangga pelaku, terdapat sejumlah perilaku aneh lainnya yang dilakukan belakangan ini.
"Panggilannya Encas, dia suka memukul-mukulkan besi. Memasang musik menggunakan volume yang keras, kalau malam Minggu suka memutar musik dangdut," kata Onan
Pelaku juga disebut kerap menyiramkan air kepada orang yang lewat.
Namun, pelaku bisa merespon secara normal jika diajak bicara.
Sebelum bercerai, disebutkan, ayah empat anak itu rajin salat, namun tak pernah terlihat melakukan salat Jumat lagi sejak bercerai.(Tribun-Video.com/Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana)