Mengorek Fakta Aksi Stefanus Membakar dan Membuang Mayat Calon Istrinya di Pantai Karang Serang
"Biasa kalau ada pengunjung pantai di malam hari suka nabun untuk menghangatkan diri dan mengusir nyamuk,"
Penulis: Adi Suhendi
"Setiap hari saya memotong kayu di sini sama bikin musala. Sudah lewat jam enam Magrib, suka ada yang mengikuti, deket banget di belakang saya," cerita Useng kepada TribunJakarta.com di lokasi, Selasa (8/5/2018).
Sejak kejadian itu warga Sukadiri ini selalu pulang lebih awal dari biasanya.
Sebelum pembakaran jasad manusia, warga Pantai Karang Serang tidak pernah mengalami hal mistis seperti dialami Useng.
"Tempat ini menjadi sepi, biasanya banyak anak muda nongkrong di warung sini. Sekarang jadi enggak pernah lagi. Soalnya sering lihat kalau malam suka ada yang jalan di jembatan ini padahal tidak ada siapa-siapa di sana," jelas Useng.
4. Bau busuk
Lokasi warga menemukan potongan tubuh Laura yang sudah gosong sering tercium bau busuk.
"Ya memang keruh, tapi di sini tidak ada banyak sampah, enggak sampai bau juga. Tapi sekarang seperti bau bangkai," ucap Useng sambil menunjuk lokasi mayat Laura ditemukan mengambang.
Pantai Karang Serang sekarang sudah tak terlihat pengunjung mendekati pukul 18.00 WIB.
Pantauan TribunJakarta.com, tanah tempat mayat Laura dibakar di bibir pantai masih menghitam. (TribunJakarta.com)