Anak Petugas KPPS yang Meninggal Meminta Kematian Ayahnya Tak Dipolitisir
"Saya dan keluarga sudah menerima kematian orang tua saya karena memang sudah takdir," ujarnya
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Siti Mamas, putri dari petugas KPPS yang meninggal bernama Sukarni meminta agar kematian ayahnya tidak dipolitisir.
Diketahui Sukarni petugas KPPS di Desa Legok Sukamaju, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang.
Baca: Tak Bisa Temukan Gunting yang Hilang, PRT Disiram Air Panas oleh Majikan
Menurut Mamas, keluarga sudah menerimanya sebagai takdir.
"Saya dan keluarga sudah menerima kematian orang tua saya karena memang sudah takdir," ujarnya didampingi sang ibu Suadah, Rabu (15/5/19).
Mamas kembali menegaskan agar siapa pun tidak mengungkit atau mempolitisasi kematian ayahnya.
Ia menyebut, kematian ayahnya tidak ada sangkut paut dengan tugas sang ayah sebagai petugas KPPS.
Baca: Kemenkes Bentuk Tim Selidiki Meninggalnya Petugas KPPS
"Tolong jangan politisir kematian mendiang ayah saya," ucapnya.
Ia meminta kepada semua pihak untuk mendoakan sang ayah yang telah berpulang.
Ditawari Jadi Polwan
Putri Anggota KPPS yang Meninggal di Tangerang dibantu tebus ijazah yang tertahan, ditawari Menjadi Polwan jika nilainya bagus.
KAKOR Binmas Baharkam Polri Irjen Pol Herry Wibowo mengunjungi keluarga Sukrani (58), anggota Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) di Desa Legok Sukamaju Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang, Jumat (10/5/2019).
Baca: Sandiaga Kunjungi Kediaman Ketua KPPS yang Meninggal
Sukrabi adalah anggota KPPS yang meninggal dua hari usai pelaksanaan pemungutan suara atau Jumat (19/4/2019).
Kedatangan jenderal bintang dua itu disambut isak tangis Suadah (56) dan Siti Mamas (19) yang merupakan istri dan putri almarhum.
Saat berbincang, Suadah mengungkapkan, sebelum menjadi anggota KPPS, suaminya memang sudah mengidap demam dan sakit pada bagian perut.